TEMPO.CO, Jakarta - Seorang pengemudi ojek online curhat tentang dilema yang dialami saat bekerja melayani pelanggan menjelang sahur semasa Ramadan ini. Penilaian buruk bisa diterima karena dianggap terlambat mengantar menu makanan sahur melewati batas Imsak.
Cerita dilema yang diunggah akun @sueycidee pada Rabu 8 Mei 2019 itu kemudian viral. Hingga Jumat sore 10 Mei, cerita itu telah di-retweet lebih dari 37 ribu kali dan disukai 16 ribu netizen lain.
Akun itu menuliskan, seorang pengemudi di Bogor bernama Ervina mendapat pesanan untuk membeli makanan di restoran cepat saji McD pukul 03.35 WIB. Namun, hingga 4.15 WIB, pesanan belum juga selesai dikemas.
"Customer chat takut keburu Imsak. Semua driver resah karena masih antri, takut customer kecewa jika makanan tidak termakan karena keburu Imsak," cuit akun itu. Karena itulah, pelanggan justru memberikan penilaian berupa satu bintang atau dianggap mengecewakan dan komentar ke pengemudi.
Menurut akun itu, penilaian demikian berdampak fatal seperti bonus lenyap dan tak mendapat izin melayani pelanggan alias suspend selama beberapa hari. "Dan dampak dari bintang 1 itu emang bukan mitos. Di tongkrongan ada 2 orang kena bintang 1 plus komen aneh-aneh dari customer. Yang 1 suspend 3 hari. Yang 1 lagi akun ojolnya gagu alias susah dapet order," sambungnya.
Pengalaman ini pun dirasakan pemilik akun @sueycidee. Dia mengaku bekerja sebagai pengemudi ojek online. Dia meminta warga tak memesan makanan di waktu yang berdekatan dengan imsak.
"Jam 2, jam 3 juga banyak kok driver yang pada ngalong. Kasihanilah kami driver, kami cuma nyari uang recehan. Gak lebih," tulisnya.
Unggahan itu mendapat komentar baik dari sesama pengemudi ojek online maupun netizen lainnya. Mereka rata-rata berempati dan memberi dukungan kepada para pengemudi ojek online.
Seperti yang dicuitkan @cheniyaeri: salut sama mereka driver ojol (ojek online) yang rela antri waktu sahur. Padahal ongkirnya ga seberapatapi perjuangan warbyasah. Semoga untuk para ojol diberi kelancaran rezekinya. Amin.