INFO METRO — Hari ini, 22 Juni, menjadi hari yang spesial bagi DKI Jakarta. Hari ini, Jakarta memperingati hari jadinya yang ke-492. Konon, cerita tentang penetapan 22 Juni sebagai hari jadi Jakarta itu penuh liku dan lewat proses yang panjang.
Penetapan tanggal 22 Juni sebagai hari Jakarta, awalnya diprakarsai oleh Sudiro, yang menjabat sebagai Wali Kota Jakarta pada periode 1953-1960. Setelah melewati diskusi dan berbagai perdebatan panjang dengan para ahli sejarah, ditetapkanlah 22 Juni 1527 sebagai Hari Lahir DKI Jakarta yang terus diperingati hingga sekarang.
Di peringatan yang ke-492 tahun kali ini, dengan mengambil tema “Wajah Baru Jakarta” Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan menggelar berbagai rangkaian acara perayaan yang akan dibalut dalam konsep ekonomi kreatif dan seni.
Menginjak usianya yang hampir mencapai 5 abad, tidak sedikit evolusi dan perkembangan yang dialami Jakarta. Sebagai ibu kota, sudah tentu, wajah Jakarta dipoles menjadi kota dengan tampilan modern, seperti jalan aspal dan bangunan pencakar langit di sepanjang sisinya.
Potret Jakarta yang modern ketika itu diwakili oleh pemandangan sepanjang Jalan Thamrin dan Monumen Nasional yang juga menjadi ikon Jakarta.
Potret “modern” Jakarta itulah yang sepanjang perjalanannya dalam beberapa dekade terakhir, membuat Jakarta menjadi magnet bagi orang dari daerah untuk datang dan mencari peruntungan hidup di Jakarta.
Maka bersamaan dengan perkembangan pembangunan kota, Jakarta juga mulai riuh dengan cerita tentang urbanisasi. Jumlah penduduk Jakarta, makin tahun makin bertambah dan tentu itu juga membuat Jakarta terasa lebih sesak, terutama karena juga pesatnya pembangunan gedung-gedung pencakar langit. Bahkan kini, bukan hanya di sepanjang Jalan Thamrin, tetapi juga di seantero wilayah Jakarta.
Wajah Jakarta kini, jelas terasa jauh lebih modern, makin sibuk, dan sangat terasa padat. Dan cerita tentang padatnya Jakarta itu, bisa ditengok pada kondisi lalu lintas Jakarta.
Tentu, pemerintah Jakarta terus berbenah memperbaiki wajah kusut Jakarta. Tidak bisa dibantah, wajah Jakarta kini banyak berubah, terutama di daerah yang disebut sebagai daerah pusat kota, seperti sepanjang Jalan Thamrin-Sudirman.
Hari ini bahkan bisa dibilang, kawasan Thamrin-Sudirman, jauh lebih mentereng dan rapi dengan trotoar yang diperlebar dan memberikan ruang lebih bagi para pedestrian.
Moda transportasi juga mulai mengikut tren yang banyak terjadi di negara-negara maju lainnya. Bus kota kumuh beringsut hilang dan berganti menjadi TransJakarta. Bahkan kini ada moda transportasi baru, MRT. Singkatnya, Jakarta kini memang lebih “wah” sebagai ibukota.
Pun begitu, di usianya yang kini nyaris 5 abad, Jakarta masih menyisakan sejumlah persoalan yang belum sepenuhnya bisa diselesaikan. Misalnya, masalah banjir yang kerap masih mengganggu kecantikan Jakarta, juga beragam persoalan lain yang dipicu antara lain oleh jumlah penduduk yang relatif besar.
Mulai dari distribusi listrik, permukiman yang layak huni, sampai soal ketersediaan air bersih. Dan yang terakhir ini, seperti belum sepenuhnya selesai dibenahi karena faktanya ada sejumlah wilayah di Jakarta yang masih belum mendapat aliran air bersih secara memadai.
Sebagai sebuah refleksi rasanya baik bagi Jakarta untuk membuat target baru bahwa sejumlah persoalan yang tersisa ini, tak lagi jadi masalah di HUT Jakarta yang berikutnya. Selamat Ulang Tahun Jakarta. (*)