TEMPO.CO, Jakarta -Pemerintah Kabupaten Tangerang tetap menggunakan rapid test sebagai alat pendeteksi dini penularan wabah Covid-19.
Bupati Tangerang Ahmed Zaki Iskandar mengusulkan kepada Pemerintah Pusat agar memudahkan dan memurahkan harga alat rapid test. Sehingga masyarakat luas bisa melakukan tes rapid secara mandiri di rumah. "Sudah kami sampaikan (- usulan) itu ke Komisi VIII DPR RI dengan Pak TB Ace Sadzili. Mudah-mudahan ada respon," kata Zaki kepada Tempo, Senin 11 Mei 2020.
Zaki mengutarakan bila alat rapid test itu dijual di apotik maka masyarakat bisa melakukan tes di rumah. Jika hasilnya positif (reaktif) disampaikan kepada Puskesmas yang akan membantu warga ke rumah sakit untuk menegakkan diagnosa.
Untuk itu, menurut Zaki, dengan menggelar rapid test sebesar-besarnya maka masyarakat di bawah harus mendapatkan akses dengan harga yang murah. Andaikata apotek menjual rapid test dengan kisaran harga Rp 15 hingga 20 ribu maka akan bisa dilakukan tes mandiri.
Pemerintah daerah dalam hal ini Puskesmas yang akan mendorong mereka melakukan isolasi jika kemudian ditemukan reaktif positif rujuk di rumah sakit.
Zaki berpendapat tes cepat itu penting dalam upaya mencegah penyebaran Covid-19. Apalagi, Tangerang Raya, diantaranya Kabupaten Tangerang sedang melaksanakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Terpisah, juru bicara Gugus Covid-19 Kabupaten Tangerang, dokter Hendra Tarmizi mengatakan Pemkab Tangerang hanya menggunakan rapid tes sebagai screening."Selama ini kami tidak menggunakannya untuk diagnosa tapi untuk screening, deteksi awal," kata Tarmizi.
Ia menyebutkan alat rapid test yang sudah dan akan dipakai merupakan kiriman dari Dinas Kesehatan Provinsi Banten. "Selama ini tidak ada masalah, karena hanya sebagai screening. Dan di lapangan yang reaktif ada juga polymerase chain reaction (PCR) yang positif," kata dia.
Di Kabupaten Tangerang bakal dilakukan rapid test terhadap 3.500-an Orang Dalam Pengawasan (ODP) dan Orang Tanpa Gejala (OTG) yang kontak dengan Pasien Dalam Pengawasan (PDP). Jumlah itu berdasarkan data Gugus Tugas Covid-19 Kabupaten Tangerang diambil dari 700 PDP. "Dari sisi alat mencukupi, dari Dinas Kesehatan Provinsi Banten kami dikirim 4.800 rapid tes," kata Tarmizi.
Sementara ini Dinas Kesehatan Pemkab Tangerang sudah melakukan rapid tets terhadap 4.900 warga. dari jumlah total penduduk Kabupaten Tangerang sebanyak 3,6 juta jiwa.
Menurut Tarmizi tidak ada rekomendasi khusus dari BNPB mengenai merek rapid tes. Hanya pihaknya menerima bantuan dari Dinkes Provinsi rapid test bermerek VivaDiag dan ada bantuan swasta (-yang jumlahnya tidak terlalu banyak) bermerek Biozek."Seingat saya merek lain tidak pakai,"kata dia.
Rapid tes kata Tarmizi hanya deteksi awal apakah seseorang terpapar Corona atau tidak. "Ya screening awal jika reaktif maka kami tindak lanjuti ke rumah sakit dan nanti ditentukan apakah berat sedang atau ringan. Kalau masuk fase berat langsung rawat di rumah sakit kalau ringan isolasi ke Griya Anabatic yang disiapkan, jadi rumah sakit tidak penuh,"kata Tarmizi.
Di Griya Anabatic pun ODP atau OTG tetap dilakukan swab sampai hasilnya negatif. "Jadi isolasi selama 14 hari kemudian kalau hasil swab positif dilakukan isolasi 10 hari sampai negatif (sembuh)," kata dia.
Adapun pasien positif Corona dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tangerang. Di rumah sakit pelat merah itu memiliki fasilitas laboratorium untuk mendeteksi keberadaan material genetik dari sel, bakteri, atau virus dengan pemeriksaan PCR. Di Kabupaten Tangerang, kata Tarmizi, ada lima tim Dinas Kesehatan yang terjun langsung penyisiran Covid-19 ini.