TEMPO.CO, Jakarta - Polisi menyatakan, kondisi pencoret musala di Tangerang Satrio Katon Nugraha, 18 tahun, tidak menunjukkan adanya gejala depresi atau gangguan kejiwaan.
"Normal ngobrol, bisa menjawab, diskusi dan bisa mengobrol," ujar
Kepala Kepolisian Resor Kota Tangerang Komisaris Besar Ade Ary Sam Indardi, Rabu, 30 September 2020.
Untuk memastikan kondisi kejiwaan Satrio, Ade mengatakan akan mengundang sejumlah ahli untuk diminta keterangan terhadap kasus penodaan agama tersebut.
"Beberapa saksi ahli bahasa, dari MUI, psikolog dan dari kementerian agama," ujar Ade.
Menurut Ade Ary, saat diinterogasi Satrio tidak menunjukkan indikasi depresi atau gangguan jiwa.
Ade Ary juga membantah kabar jika pelaku yang merupakan mahasiswa di universitas swasta di Jakarta itu dalam kondisi depresi. "Sehat, saya ajak ngobrol bisa, saya tanya sehat dia bilang sehat."
Menurut Ade Ary, motif sementara Satrio melakukan aksi vandalisme itu berdasarkan keyakinan yang ia pelajari di YouTube. "Dia meyakini apa yang dilakukan itu benar."
Polisi juga memastikan Satrio melakukan aksi seorang diri tanpa ada yang menyuruh. " Fakta di lapangannya seperti itu," kata Ade Ary.
Berdasarkan hasil olah tempat kejadian perkara dan keterangan saksi saksi, Satrio melakukan corat coret di dinding dan lantai musala Darussalam yang berada di kompleks Villa Elok, Kecamatan Pasar Kemis, Kabupaten Tangerang pada Selasa siang pukul 13.30.
Dia membuat aneka tulisan bercat hitam dari pilox dengan kalimat ; anti islam, saya kafir, anti khilafiyah, tidak ridho. "Tersangka juga merusak beberapa properti di musala seperti merobek dan mengecat Alquran, menggunting sajadah, dan memotong kabel pengeras suara," kata Ade Ary.
Bahkan setelah melakukan aksi vandalisme di Musala Darussalam, kata Ade Ary, tersangka bergerak ke Masjid yang berjarak 400 meter dari lokasi pertama. "Di masjid dia juga memotong kabel pengeras suara," kata Ade.
Tersangka, kata Ade Ary, membeli sendiri cat piloks warna hitam, gunting, dan lakban di toko material dekat rumah dengan uang Rp 50 ribu. "Uang itu didapat dengan meminta ke orang tuanya."
Ketua DKM Musala Darussalam Syaifudin Nangok saat ditemui Tempo di kompleks Perumahan Villa Elok Tangerang mengatakan kondisi musala berantakan saat pertama kali ditemukan pasca aksi vandalisme itu. "Tembok, lantai penuh cat piloks, kalimat kalimat bernada SARA, Alquran dirobek, dicat, sajadah digunting, lukisan kabah dan silsilah nabi di tutup cat dan kalimat Allah dan Muhammad juga dicat," katanya sambil menunjukkan titik coretan dalam musala.
Dia mengakui, kondisi musala pada waktu akan dilakukan salat Ashar itu berantakan sehingga tidak bisa digunakan.