TEMPO.CO, Jakarta - Panitia Khusus Banjir DPRD DKI belajar cara penanganan banjir dari Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini.
Pansus mengunjungi Surabaya, Jawa Timur pada Kamis 22 Oktober 2020. Wakil Ketua DPRD DKI Zita Anjani mengatakan lawatan ke Surabaya untuk melengkapi kajian Pansus Banjir setelah sebelumnya mendatangi Semarang, Tegal dan Pekalongan.
Surabaya dipilih anggota Pansus karena dianggap pemerintahnya berhasil menanggulangi bah di Kota Pahlawan itu.
Selain itu, secara geografis Surabaya memiliki kemiripan dengan Ibu Kota, karena posisinya yang sama berada di tepi laut, dan juga datarannya rendah.
"Kami memilih Surabaya karena 10 tahun yang lalu mereka mengalami banjir yang sangat parah. 52 persen daerahnya digenangi banjir. Kemudian di bawah kepemimpinan bu Risma (Wali Kota Surabaya), Surabaya berhasil menurunkan banjir sampai 2,3 persen. Itu adalah bukti narasi yang dikerjakan," kata Zita melalui keterangannya.
Zita pun menanyakan resep menanggulangi banjir yang diterapkan di Surabaya oleh Wali Kota Tri Rismaharini. Risma, kata politikus Partai Amanat Nasional itu, mempunyai lima langkah program penanggulangan banjir.
Pertama adalah penataan pedestrian atau trotoar. Ketika membuat pedestrian itu, kata dia, Surabaya memastikan saluran di bawahnya menjadi yang lebih utama. "Agar sistem drainasenya berjalan baik."
Sedangkan, menurut dia, kebijakan di DKI belum sinkron untuk hal tersebut. Sebabnya, Pemerintah DKI masih mengutamakan membangun jalan, sementara salurannya tidak diperhatikan.
Kedua, perhatikan kapasitas penangkapan air yang sesuaikan dengan saluran yang menampung. Tujuannya agar airnya bisa disimpan, dan kemudian dialirkan secara alami.
"Ketiga, air adalah anugerah dari Tuhan. Baik itu datangnya dari laut, lokal, ataupun kiriman. Pasti sulit. Makanya kita jangan hanya berdalih, kerja keras lebih baik," ujar Zita.
Keempat, kolaborasi antardinas dan kesadaran warga. Ketika musim hujan, seluruh dinas harus dikerahkan, tidak hanya satu atau dua dinas saja. Begitu juga dengan warga. "Kampanye bahaya banjir dan sebabnya sudah dilakukan lebih awal. Sehingga timbul kesadarannya untuk ikut serta menjaga kelestarian."
Terakhir, sebelum air masuk kota, kurangi debitnya terlebih dahulu. Pastikan aliran sungai memadai. "Kita harus tahu memecah sungai dan memberi jalan untuk air. Sehingga debit air tidak melebihi," ujar Zita yang menjadi Ketua Pansus Banjir DPRD DKI.
Kunci dari penanggulangan banjir, kata dia, adalah keseriusan. Jika banyak dana dan rencana tanpa eksekusi, maka DKI akan tetap diterjang banjir setiap tahun. "Sama ceritanya setiap awal tahun, banjir."
Setelah lawatan dari Surabaya, Pansus Banjir DPRD akan memberikan rekomendasi kepada Pemerintah DKI. "Mau digunakan atau tidak, yang jelas kami sudah bekerja dengan serius agar DKI bebas banjir."