TEMPO.CO, Jakarta - Guru Besar Jurusan Arkeologi Fakultas ilmu Budaya Universitas Indonesia Cecep Eka permana mengatakan pihaknya telah berkoordinasi dengan PT Mass Rapid Transit (MRT) Jakarta untuk menyimpan artefak cagar budaya yang ditemukan baik saat ekskavasi maupun proses pembangunan stasiun MRT fase 2. Menurut Cecep, artefak itu akan disimpan di ruangan pameran yang akan dibangun di beberapa stasiun MRT.
“Ditampilkan temuan selama ekskavasi dan pembangunan MRT berlangsung. Akan ditampilkan dalam suatu ruangan khusus,” kata dia dalam webinar pada Kamis, 5 November 2020.
Proyek MRT Fase 2 terdiri dari Fase 2A (Bundaran HI-Kota) dan Fase 2B yang melanjutkan lintasan hingga ke depo di Ancol Barat, Jakarta Utara. Total akan ada delapan stasiun bawah tanah dengan panjang 7,8 kilometer.
Rencana itu muncul setelah tim yang dipimpin oleh Cecep melakukan ekskavasi di 14 titik di kawasan Jalan MH Thamrin dan Monumen Nasional. Ekskavasi bertujuan untuk memastikan pembangunan MRT tidak mengganggu cagar budaya yang kini terpendam di tanah.
Dari ekskavasi itu, tim Cecep menemukan berbagai artefak, seperti tembikar, pecahan keramik, logam, juga tulang-belulang. Ia menjelaskan kalau berbagai artefak itu terkubur dalam lapisan tanah urugan yang dibawa dari tempat lain ke Jakarta untuk peninggian muka tanah. “Itu (tanah) bawaan dari tempat lain yang tanahnya dibawa untuk menguruk daerah ini,” kata Cecep.
Kegiatan ekskavasi di dekat menara jam Sarinah, Jakarta Pusat, menemukan artefak seperti tembikar, keramik, logam, dan tulang. Sedangkan, pada salah satu titik ekskavasi di kawasan Monas, tim Cecep menemukan uang koin pecahan Rp 50, paku, pecahan genteng, dan selongsong peluru. Seluruhnya, kata dia, berada pada lapisan tanah urugan yang berada di kedalaman sekitar 1-1,5 meter.