TEMPO.CO, Jakarta - Epidemiolog Universitas Indonesia Tri Yunis Miko Wahyono mengatakan rencana uji coba pembukaan sekolah di Ibu Kota masih rawan penularan Covid-19. Sebab angka positivity rate masih tinggi hingga hari ini.
"Angka positivity rate di DKI masih di atas 10 persen sampai hari ini. Sekarang masih di 11 persen. Itu artinya penularan masih tinggi," kata Tri saat dihubungi, Kamis, 1 April 2021.
Saran tersebut disampaikan ahli epidemiologi itu karena Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berencana membuka 96 sekolah mulai 7 April mendatang. Pemerintah mengklaim telah menyiapkan protokol kesehatan dengan ketat pada penerapan sekolah tatap muka di Ibu Kota.
Meski pembelajaran tatap muka dilakukan dengan prosedur kesehatan yang ketat, Tri Yunis khawatir akan meningkatkan potensi lonjakan kasus Covid-19 kembali. Pembukaan sekolah baru aman dilakukan jika positivity rate atau rasio positif di bawah 5 persen.
"Jangan paksakan membuka sekolah jika rasio positif masih tinggi. Kalau mau memaksakan buka tunggu sampai 7 persen. Itu pun dengan catatan seluruh kasus harus diisolasi, tanpa terkecuali."
Menurut dia, kebijakan pemerintah yang tidak mempertimbangkan faktor risiko bakal membuat penanganan wabah ini akan semakin panjang. Selain itu, pemerintah bakal sulit mengatur protokol kesehatan siswa saat menjalani sekolah.
Tri mempunyai pengalaman langsung melihat kegiatan bimbingan belajar yang dibuka pada pandemi ini menjadi klaster penularan. Padahal bimbingan belajar di kawasan Depok itu hanya membuka lima orang siswa dalam satu kelas. "Pembukaan bimbel itu membuat guru yang mengajar hingga tenaga didik lainnya tertular. Kejadian ini baru saja terjadi Maret kemarin," ucapnya.
Baca juga: Wagub DKI Pastikan 96 SD Hingga SMA Siap Uji Coba Sekolah Tatap Muka 7 April
Pembukaan sekolah ini bakal membuat rantai penularan Covid-19 semakin panjang. Siswa maupun tenaga pendidik hingga keluarga mereka berisiko jika sampai tertular. "Penularan bisa terjadi dari rumah, di perjalanan hingga di sekolah. Siapa yang akan bertanggung jawab jika risikonya bisa menyebabkan kematian kalau sampai terinfeksi."