TEMPO.CO, Jakarta - Kemarin sore, sekitar pukul 16.00, Suminem meninggalkan lapak jualan sayur-mayur miliknya di lantai dasar Pasar Anggar, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Pasar tersebut berada di tengah-tengah bangunan Pasar Inpres dengan PD Pasar Jaya Pasar Minggu.
Sebelum pulang ke rumahnya yang terletak di sekitar Koramil Pasar Minggu, Suminem telah membelanjakan sebagian uangnya untuk sayuran, guna dijual keesokan hari. Saat itu, ia juga ingin segera pulang ke rumahnya untuk memanjatkan doa bagi almarhum suami, atau bertepatan dengan malam pertama salat tarawih.
"Saya pulang cuma bawa duit Rp 80 ribu," kata Suminem kepada Tempo, Selasa, 13 April 2021.
Melalui sambungan telepon, Suminem kemudian mendapat kabar dari cucunya bahwa Pasar Anggar kebakaran pada Senin petang, atau sekitar waktu magrib. Sang cucu juga mengabarkan kepadanya, petugas pemadam kebakaran telah datang ke lokasi.
"Jadi saya mikirnya, oh aman, pemadam sudah datang," kata wanita kelahiran Kota Solo itu.
Suminem berujar, cucunya tak lagi berani mengabarkan kondisi di Pasar Anggar sepanjang malam itu. Dia pun tak berani datang ke lokasi. Baru pada Selasa siang, 13 April 2021, dia sanggup melihat lapaknya lagi.
"Habis semua," ucapnya.
Seorang saksi mata kebakaran, Ipan, mengatakan kondisi sekitar Pasar Anggar di magrib itu sedang hujan disertai petir. Para pedagang pasar yang melapak di sana, yaitu di lantai rubanah dan lantai dasar, juga sudah pulang ke rumah. Sementara tiga lantai di atasnya merupakan parkiran sepeda motor dan mobil.
"Sepi. Karena mau persiapan tarawih pertama juga," kata pria pemilik lapak sembako di Pasar Inpres itu.
Kebetulan pada magrib itu, Ipan sedang berada di salah satu lorong dekat pasar Inpres. Di tengah-tengah derasnya suara hujan, Ipan mengaku mencium bau kabel terbakar dari lantai Rubanah Pasar Anggar. Tak berselang lama, asap mengepul dari salah satu sudut di lantai tersebut.
"Terus api kelihatan di bawah, merah semua," kata dia.
Menurut Ipan, api membesar dengan cepat. Karena panik, Ipan langsung mengevakuasi dagangan sembako miliknya yang berada di pasar Inpres. "Waktu itu kerasa banget panasnya, walau lagi hujan," kata pria 43 tahun itu.
Saksi lain yang datang ke lokasi sekitar pukul 19.00, Erizal, mengatakan akses masuk ke Pasar Anggar ditutup saat api muncul. Karena itu, warga maupun pedagang tak mampu untuk menyelamatkan barang-barang.
"Jadi ya pasrah saja," kata pria 52 tahun itu.
Menurut Erizal, kakak dan sepupunya yang berjualan di lantai rubanah Pasar Anggar, Pasar Minggu juga tak mampu menyelamatkan barang dagangan. Masing-masing dari mereka berjualan bumbu rempah dan kelapa santan.
Baca juga: Pasar Minggu Kebakaran, Ikappi Minta Ganti Rugi untuk Pedagang
M YUSUF MANURUNG