Ia mengatakan kebanyakan permintaan gula semut untuk bahan baku campuran aneka makanan kuliner, selain untuk produksi sirop hingga campuran minuman kopi dan jus. Keunggulan gula semut itu, lanjutnya, selain mudah untuk bahan campuran aneka makanan juga rasanya manis dan beraroma, serta tanpa bahan pengawet dan tidak tinggi kadar gulanya, sehingga banyak dikonsusmi penderita diabetes.
"Kami menjual produk gula semut itu dipasok dari perajin lokal, seperti Malingping, Cijaku dan Sobang, " katanya.
Begitu juga pedagang lainnya, Nita (35) mengaku saat ini permintaan gula semut relatif meningkat dibandingkan saat pandemi.
"Kami cukup senang dengan naiknya omzet penjualan itu hingga omzet Rp5-6 juta per hari," kata Nita.
Sementara itu,Ketua Kelompok Usaha Bersama (KUB) Mitra Mandala Kecamatan Sobang Kabupaten Lebak Anwar Aan mengatakan saat ini permintaan gula semut untuk pedagang eceran di Rangkasbitung hingga ke luar daerah mulai meningkat.
Belum lama ini ia mengaku memasok gula semut ke Korea Selatan sebanyak satu ton.
Produksi gula semut yang dirintis tahun 1999, kata dia, dapat menghidupi ribuan warga mulai petani, buruh sadap nira, pekerja, pengemudi.
"Kami berharap pandemi ini tidak ada lagi, sehingga bisa kembali ekspor ke Eropa, Jepang, Amerika Serikat dan Singapura," katanya di Lebak.
Baca: Mahasiswa Dibanting Polisi Saat Demo, Himata Banten Kawal Terus 10 Tuntutan ini
ANTARA