TEMPO.CO, Jakarta - Pelaksana tugas (Plt) Kepala Badan Pembinaan Badan Usaha Milik Daerah (BP BUMD) DKI, Riyadi, memastikan direksi PT Transportasi Jakarta atau Transjakarta bakal dievaluasi. Evaluasi itu sehubungan dengan kecelakaan bus di Cawang, Jakarta Timur dan Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
"Tentunya ada evaluasi. Mudah-mudahan hasilnya tidak terlalu lama," kata dia saat dihubungi, Sabtu, 30 Oktober 2021.
Sebelumnya, bus Transjakarta milik operator Bianglala Metropolitan menabrak armada di depannya yang tengah berhenti di depan halte Indomobil, Jalan MT. Haryono, Jakarta Timur pada Senin pagi, 25 Oktober 2021. Kecelakaan ini menyebabkan dua orang meninggal dan puluhan orang luka-luka.
Empat hari kemudian sebuah bus Transjakarta menabrak lima pembatas jalan atau Movable Concrete Barrier (MCB) di Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Operator bus adalah Perusahaan Umum Pengangkutan Penumpang Djakarta (Perum PPD). Beruntung tidak ada korban jiwa dalam insiden ini.
Menurut Riyadi, evaluasi juga berbarengan dengan proses pencarian Direktur Utama PT Transjakarta yang baru usai ditinggalkan Sardjono Jhony Tjitrokusumo. Jhony meninggal akibat kanker pada Minggu pagi, 3 Oktober 2021.
BP BUMD juga menyarankan PT Transjakarta untuk mengecek kesehatan pramudi alias sopir sebelum bekerja. Hal ini untuk mengetahui kondisi pramudi apakah sedang mengantuk, lelah, atau mengonsumsi obat terlarang. Pengecekan kesehatan sudah berlangsung selama ini, tapi menurut Riyadi perlu ditingkatkan.
"Mungkin tidak sesering kami harapkan atau mungkin mengalami pengenduran atau apa. Sedang kami cek," terang dia.
Riyadi menambahkan perlu juga asesmen pramudi dari aspek psikologis dalam periode waktu tertentu. Tujuannya untuk mencegah kecelakaan serupa terulang lagi. Menurut dia, kecelakaan bus Transjakarta harus diupayakan seminimal mungkin, bahkan nihil.
Baca juga: Transjakarta Bakal Perbaiki SOP Pengecekan Kesehatan Pengemudi
