TEMPO.CO, Jakarta - Kepolisian Daerah Metro Jaya belum memastikan kapan dilakukan rekonstruski pembunuhan dalam kasus Wowon serial killer. Rekonstruksi peristiwa pembunuhan berantai setelah seluruh fakta pembunuhan Wowon Cs. terungkap.
"Namun, perhatian penyidik saat ini proaktif mencari korban-korbannya, mengidentifikasi, kemudian mencari korban yang meninggal dunia," kata Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Metro Jaya Komisaris Besar Polisi Trunoyudo Wisnu Andiko, kepada wartawan, Jumat, 27 Januari 2023.
Berdasarkan keterangan saksi, Trunoyudo menuturkan, ada dua orang dari sebelas tenaga kerja wanita atau TKW korban penipuan Wowon Cs. yang belum ditemukan keberadaannya. Sebelas korban TKW ini, yakni Yeni, Farida, Siti Fatimah, Aslem, Entin, Hamidah, Evi, Nene, Hana, Yanti, serta Sulastini.
Menurut Trunoyudo, penyidik akan mencari keberadaan dua TKW itu. Pencarian Evi dan Nene akan dimulai dengan mendatangi keluarga TKW untuk mengetahui keberadaannya dan upaya untuk terhubung dengan keduanya.
"Ini tentu menjadi perhatian penyidik. Kita sama-sama prihatin, berempati. Korban harus diselamatkan dulu sehingga tidak ada korban-korban lain dan kasusnya bisa tuntas," tutur mantan Kepala Bidang Humas Polda Jawa Barat itu.
Polisi membagi korban Wowon Serial Killer ini dalam dua klaster. Pertama, klaster family tree dan korban TKW. Dari kalster keluarga ditemukan sejumlah orang yang dibunuh Wowon Cs.
Identitas sembilan orang itu di antaranya, Siti Fatimah, Noneng, Farida, Wiwin, Halimah, Bayu, Maemunah, Ridwan Abdul Muiz, dan Riswandi.
Sementara klaster 11 TKW adalah mereka yang ditipu dengan modus penggandaan uang. Namun, dua dari sebelas orang tersebut menjadi korban pembunuhan Wowon dkk., yakni Farida dan Siti Fatimah.
Tiga tersangka pembunuhan berantai ini di antaranya Wowon Erawan alias Aki, Solihin alias Duloh, dan Dede Solehudin. Dalam peran ketiganya: Wowon memerintah mengeksekusi korban; Duloh, eksekutor; dan Dede pengepul uang korban penipuan.
Trunoyudo menambahkan, terhadap korban pembunuhan, baik di klaster family tree atau TKW sudah dilakukan autopsi. Autopsi ini untuk pengungkapan korban meninggal dunia, bagaimana pelaku melakukan pembunuhan,
Autopsi ini melibatkan dokter forensik dan laboratorium forensik. Hasil autopsi, kata Trunoyudo, memakan waktu untuk menjawab pertanyaan publik tentang kapan Wowon Serial Killer beraksi, siapa paling awal dibunuh.
"Hasil autopsi nanti akan menjadi catatan penting bagi penyidik untuk menjawab pertanyaan publik," tutur Trunoyudo.
Baca juga: Pengakuan TKW Korban Wowon Serial Killer ke Polisi: Uang Rp 288 Juta Hasil Kerja di Dubai Ludes