TEMPO.CO, Jakarta - Pakar transportasi Universitas Gadjah Mada, Muhammad Zudhy Irawan mendorong Transjakarta melakukan integrasi layanan dengan ojek online untuk mempermudah akses masyarakat menggunakan transportasi publik.
“Integrasi itu sangat berpotensi meningkatkan jumlah angkutan umum,” kata Zudhy seperti dikutip dari Antara, Kamis, 9 Maret 2023.
Menurut akademisi Universitas Gajah Mada (UGM) ini, Transjakarta perlu mempercepat integrasi dengan ojek online atau ojol, sebagai strategi jemput bola calon pengguna bus Transjakarta.
Integrasi dengan ojol bisa mendukung taregt Transjakarta meningkatkan kapasitas penumpangnya menjadi 1,5 juta orang per hari pada 2024 dengan menambah armada hingga 6.960 unit berdasarkan Data Dinas Perhubungan DKI.
Saat ini, TransJakarta baru memiliki 4.700 armada dengan kapasitas penumpang 1,2 juta per hari.
Peneliti Pusat Kajian Transportasi dan Logistik UGM itu mengatakan Transjakarta bisa mencontohkan integrasi Gojek dan PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) sudah berjalan melalui pengembangan fitur GoTransit.
Melalui fitur tersebut, pengguna dapat memesan layanan transportasi daring itu menuju dan dari stasiun komuter sekaligus bisa membeli tiket kereta komuter langsung dari aplikasi perusahaan ojol itu.
Kolaborasi itu, kata dia, meningkatkan transaksi tiket digital kereta komuter sebesar 300 persen, berdasarkan data perusahaan ojek daring itu.
Ia menambahkan masyarakat perlu didorong menggunakan transportasi publik seperti Transjakarta untuk mengurangi tingkat kemacetan di ibu kota, apalagi aktivitas masyarakat saat ini yang kembali normal.
“Transportasi publik harus meningkatkan layanan agar memudahkan masyarakat dalam mengaksesnya,” katanya.
Pilihan Editor: Alasan DKI Minta Hapus Aset 417 Bus Transjakarta Merek Zhongtong hingga Mercedes Senilai Rp 21,3 Miliar