TEMPO.CO, Tangerang - Keluarga menyebut penyebab kematian Cipto Raharjo, 45 tahun, pasien obesitas berbobot 200 kilogram, adalah komplikasi penyakit yang sudah parah. Cipto adalah pasien obesitas asal Tangerang kedua dalam sebulan terakhir yang dievakuasi ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta, namun akhirnya tak tertolong. Pasien pertama adalah Muhammad Fajri yang bobotnya diperkirakan 300 kilogram.
"Komplikasi akibat obesitasnya dan ketahuan ketika diperiksa pakai alat dan ditangani banyak dokter," ujar Ristanto menerangkan sebab kematian Cipto, adiknya, saat dihubungi, Jumat 21 Juli 2023.
Ristanto menuturkan, penyakit Cipto meliputi organ ginjal, jantung, dan paru-paru. Seperti yang dialami Fajri, kondisinya tidak kunjung membaik meski telah lebih dari sepekan dirujuk ke RSCM. Kondisi Cipto justru semakin buruk dan pada Selasa malam, 18 Juli 2023, pria 45 tahun itu mengalami sesak napas berat.
"Dia minta saya datang. Saya langsung lari ke RSCM jam 9 malam tapi karena kondisinya darurat, saya tidak bisa menemui Cipto," kata Ristanto.
Sesampainya di RSCM, Ristanto berusaha agar bisa menemui adiknya itu. Namun dicegah dokter karena Cipto masih dalam penanganan intensif. Sekitar jam 12 malam, dokter memanggilnya untuk meminta persetujuan pemasangan alat di dalam tubuh Cipto.
"Dokter minta persetujuan untuk memasukkan alat yang ada kameranya. Ini untuk mengetahui penyakitnya apa, karena air di paru paru Cipto banyak banget," kata Ristanto.
Saat itu Ristanto tidak langsung menyetujui dokter melakukan tindakan itu. Ia sempat bertanya kemungkinan Cipto bisa selamat. "Ya namanya alat pasti ada resikonya pak," kata Ristanto menirukan dokter RSCM saat itu.
Akhirnya tindakan diizinkan. Namun kondisi Cipto semakin parah. Tekanan darahnya drop sebelum Cipto akhirnya dinyatakan tutup usia pada Rabu dinihari. "Jam 3 lewat (Rabu pagi) jantungnya sudah berhenti, jantungnya dipompa gak bisa bisa dan dinyatakan meninggal," ujarnya.
Dimakamkan di Tegal
Pada Rabu pagi jenazah Cipto langsung dibawa ke Tegal, Jawa Tengah, kampung halaman keluarga Cipto. Menurut Ristanto, jenazah Cipto dibawa dengan mobil ambulans bukan kendaraan khusus.
Pada Kamis 20 Juli, jenazah Cipto dimakamkan. Pemakaman dilakukan tanpa pengerahan alat berat, melainkan melibatkan puluhan warga setempat, untuk menurunkan jasad ke liang kubur. "Alhamdulillah semua prosesnya berjalan lancar dan kami banyak dibantu warga," kata Ristanto.
Benjolan di Kaki Sejak 2016
Cipto mulai mengeluhkan kaki sakit sejak 2016. Menurut Ristanto, muncul benjolan di kaki kiri dan kanan Cipto. "Jumlahnya cukup banyak, ada 10 benjolan berlubang, tapi paling banyak di kaki kiri," ujarnya.
Benjolan tersebut baru menghilang setelah Cipto berobat di RSUD Kota Tangerang. Namun, tak lama, kakinya membengkak dan terus membesar.
Dalam kondisi ini, kata Ristanto, pasien obesitas itu tetap bergerak, berjalan, hingga mengendarai motor. "Meski agak sulit, dia terus bergerak, beraktivitas," ucap Ristanto.
Pilihan Editor: Divonis Hukuman Mati, Ini 6 Hal Memberatkan Ayah Bunuh Anak Kandung di Depok