TEMPO.CO, Jakarta - Pada 8-9 Agustus 2023, kualitas udara di Jakarta tergolong yang terburuk di dunia. Melansir laman IQAir, perusahaan teknologi asal Swiss yang berfokus pada pengukuran kualitas udara, indeks kualitas udara Jakarta pada dua hari itu adalah 160 hingga 164. Salah satu konsentrasi yang menjadi polutan utama, yaitu PM2.5 sebanyak 72 mikrogram per meter kubik.
Ahli ITB: kondisi alam dan emisi
Ahli polusi udara dari Institut Teknologi Bandung Puji Lestari mengatakan tingkat polusi udara di Jakarta belakangan ini memang agak tinggi. Menurut dia, ada beberapa faktor penyebabnya, seperti kondisi alam serta emisi atau gas buang dari sektor transportasi serta industri.
“Kenapa pada akhir-akhir ini naik, ada faktor-faktor lain yang menyebabkan selain dari sumber pencemarnya,” kata Puji, Jumat 11 Agustus 2023.
Kondisi alam berpengaruh besar
Kondisi alam, menurut Puji, berpengaruh besar. Pada musim hujan, polutan bisa luruh sehingga udara menjadi bersih. Namun sebaliknya, terlebih muncul El Nino yang bisa membuat kemarau bertambah kering dan panjang.
Situasi itu mengakibatkan polutan menjadi terakumulasi di angkasa. Kondisi atmosfer yang stabil dan kecepatan angin yang rendah juga membuat polutan tidak menyebar. L
“Terlepas dari kondisi alam kita juga harus tahu sebenarnya darimana sumber utama polusi udara yang ada di Jakarta,” kata Puji.