TEMPO.CO, Jakarta - Forum Guru Besar, aktivis dan dan pembela HAM mendatangi Mabes Polri untuk menemui Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo. Mereka hendak menyampaikan kritik keras atas sikap polisi dalam mengahadapi demonstran di banyak kota di Indonesia.
Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Indonesia (FH UI), Sulistyowati Irianto menilai sikap brutal yang ditunjukkan aparat kepolisian telah merusak citra Polri sebagai institusi yang seharusnya mengayomi masyarakat.
Menurut Sulistyowati, Polri memiliki tanggung jawab besar dalam menjaga hubungan baik dengan masyarakat. Terutama melalui program pemolisian masyarakat yang sudah dibangun selama puluhan tahun. “Jika tindakan-tindakan yang dilakukan aparat justru mencederai kepercayaan publik, maka semua yang telah dibangun selama ini bisa runtuh,” ujar Sulistyowati di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Rabu, 28 Agustus 2024.
Selain itu, Sulistyowati yang juga tekah bertahun-tahun mengajar di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) itu menyebutkan, konsep pemolisian masyarakat mengharuskan polisi memahami bahwa mereka adalah bagian dari masyarakat. "Kalau masyarakatnya buruk, maka polisinya juga ikut buruk, dan demikian juga sebaliknya," ujarnya.
Akademisi ini menekankan pentingnya polisi untuk bersahabat dengan masyarakat dan memahami kultur di mana mereka bertugas. “Janganlah diruntuhkan dengan tindakan-tindakan yang melukai rasa keadilan dari warga masyarakat,” kata Sulistyowati menegaskan.
Menurut dia, langkah ini penting agar citra Polri sebagai pengayom masyarakat tidak rusak oleh tindakan segelintir personel yang bisa melukai rasa keadilan publik.
Tindakan brutal polisi dalam membubarkan aksi unjuk rasa mahasiswa yang digelar di kawasan Balai Kota Semarang pada Senin, 26 Agustus 2024 menyita perhatian warganet. Tagar #PolisiBrutal pun menggema di X dan sempat menjadi trending topic nomor 1 di Indonesia.
Video aparat menangani aksi unjuk rasa di Semarang yang disertai dengan kekerasan banyak bermunculan di X. Salah satunya diunggah oleh akun @walhinasional.
“Di Semarang, puluhan pelajar dan mahasiswa yang tergabung dalam Gerakan Rakyat Menggugat (GERAM) Jawa Tengah #BergerakAdilidanTurunkanJokowi direpresi aparat kepolisian, ditembaki gas air mata hingga ditahan dan tidak diberi akses pendampingan hukum,” tulis akun X @walhinasional dikutip Rabu, 28 Agustus 2024.
Dalam video yang beredar, terlihat polisi membubarkan demonstran dengan menembakkan gas air mata. Beberapa mahasiswa juga terlihat dipukul oleh aparat.
Asap gas air mata yang ditembakkan polisi juga sampai ke pemukiman warga di sekitar Jalan Pemuda. Akibatnya sejumlah warga sipil, termasuk anak-anak, turut menghirup pedihnya gas air mata.
Rizky Dewi Ayu berkontriburi dalam penulisan artikel ini.
Pilihan Editor: Kekerasan Terhadap Demonstran, Polisi Dinilai Semakin Mengayomi Kepentingan Penguasa