TEMPO.CO, Jakarta - Wakapolres Metro Jakarta Barat Ajun Komisaris Besar Polisi Teuku Arsya Khadafi, mengatakan tawuran antarkelompok di Palmerah pada pekan lalu diawali ajakan para pelaku lewat media sosial Instagram. Setelah itu pelaku tawuran bertemu pada waktu dan tempat yang disepakati.
Arsya menuturkan, tawuran juga disiarkan secara langsung lewat media sosial dengan akun yang beganti-ganti. "Ini merupakan salah satu cara kelompok untuk menampilkan eksistensinya," kata Arsya saat konferensi pers di Polres Metro Jakarta Barat, Selasa, 10 September 2024.
Dia menyebut peristiwa ini jadi tanggung jawab bersama, mulai dari polisi, tokoh masyarakat dan warga sekitar, hingga berbagai pemangku kepeningan lainnya. Polisi mencegah tawuran terjadi dengan cara patroli siber.
Koordinasi, kata Arsya, dari tingkat polres hingga ke polsek agar dilaksanan patroli. "Patroli siber ini sangat positif dilakukan karena sangat membantu kegiatan di Jakarta Barat," ucapnya.
Kejadian tawuran terakhir terjadi pada Rabu, 4 September 2024 di Jalan Semangka, Palmerah. Pelaku tawuran sempat berpindah tempat saat dibubarkan, lalu berakhir di Jalan Semangka.
Satu orang inisial DN (19 tahun) tewas karena sabetan celurit di leher kanan dan kiri. Pelaku diketahui berinisial SI (17 tahun) dan TF (16 tahun) yang ditangkap di wilayah Bekasi, Jawa Barat.
"Cukup fatal mengakibatkan pembuluh nadi terputus sehingga darahnya keluar cukup banyak dan menyebabkan kematian," tutur Teuku Arsya.
Pilihan Editor: Pelaku Tawuran di Palmerah Punya Tempat Khusus Penyimpanan Senjata