TEMPO.CO, Jakarta - Bersaksi di sidang perkara korupsi timah, Tamron alias Aon mengaku diminta Harvey Moeis untuk mengumpulkan uang pengamanan sebagai mitra kerja sama PT Timah Tbk. Uang yang disebut sebagai dana Coorporate Social Responsibility (CSR) itu diminta US$500-US$750 per metrik ton bijih timah.
"Dari pak Harvey menyampaikan ke saya langsung di telpon. 'Pak Aon tolong bantu kita untuk dana CSR'," kata Aon di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) pada PN Jakarta Pusat, Senin, 30 September 2024.
Tamron Tamsil selaku Beneficial Ownership CV Venus Inti Perkasa (VIP) sekaligus Komisaris PT Menara Cipta Mulia (MCM) telah menyerahkan dana CSR langsung kepada Harvey melalui transfer ke rekening PT Quantum Skyline Exchange (PT QSE) milik Helena Liem. Perempuan yang dijuluki crazy rich Pantai Indah Kapuk (PIK) itu juga terseret menjadi terdakwa korupsi timah.
Dalam kesaksiannya, Aon bercerita pernah ingin menyerahkan dana CSR sebesar Rp 2,2 miliar secara tunai kepada Harvey melalui staf General Affair PT Refined Bangka Tin (RBT), Adam Marcos. Namun, ia mengurungkan niat itu karena merasa repot untuk membawa uang tunai Rp 2,2 miliar. Dia pun menyerahkan uang itu dengan transfer melalui money changer milik Helena Lim menggunakan dolar AS.
Tidak hanya itu, Aon mengaku pernah mentransfer uang US$ 8.718.500 atau sekitar Rp 122.059.000.000 untuk pemenuhan dana CSR Harvey Moeis.
Pria yang dijuluki sebagai raja timah Bangka itu menyatakan sudah mengenal Helena sebelum melakukan transaksi. Helena pula yang memberikan nomor rekening untuk dana CSR itu.
Aon mengatakan Helena tak pernah memberi tahu apakah dana CSR itu sudah dikirimkan kepada Harvey. Dia mengaku tak pernah bertemu bertiga dengan Helena dan Harvey dalam waktu bersamaan.
Dalam perkara ini, Jaksa Penuntut Umum (JPU) Kejaksaan Agung mendakwa Harvey Moeis dan Helena Lim bekerja sama melakukan transksi soal dugaan tindak pidana korupsi PT Timah Tbk tahun 2015-2022.
Kasus ini bermula dari pertemuan antara Harvey Moeis dengan Tamron alias Aon, Suwito Gunawan alias Awi, Robert Indarto, Fandi Lingga alias Fandi Lim untuk melakukan kerja sama sewa peralatan penglogaman timah.
“Harvey Moeis meminta uang sebesar 500 USD hingga 740 USD dengan alasan biaya pengamanan,” kata JPU Ardito Muwardi di sidang dakwaan Helena di Pengadilan Negeri Tipikor pada Rabu, 21 Agustus 2024.
Keempat orang itu menyetujui permintaan Harvey Moeis, dan mulai mengumpulkan dana pengamanan yang seolah-olah pemberian biata Corporate Social Responsibility (CSR) dengan nilai sebesar 500 USD yang didapat dari hasil peleburan timah dengan PT Timah Tbk.
Selanjutnya, Harvey Moeis mulai mengatur mekanisme pengumpulan dana itu dengan dua cara yaitu diserahkan langsung kepadanya dan ditransfer ke rekening money charger PT Quantum Skyline Exchange milik Helena Lim yang dicatat seolah-olah sebagai penukaran mata uang.
Pilihan Editor: Nama Melon Disebut Lagi di Sidang Pungli di Rutan KPK