TEMPO.CO , Jakarta: Kepala Dinas Pendidikan DKI, Taufik Yudi Mulyanto, akan mengkaji kemungkinan menggabungkan dua SMA seteru tawuran, yaitu SMA 6 dan SMA 70, Jakarta Selatan. "Ini kami kaji lebih jauh," ujarnya, Senin malam, 24 September 2012.
Namun, menurut Taufik, memutus generasi bukan solusi mengatasi tawuran. Sebab, pelaku tawuran hanya segelintir siswa sehingga tidak dapat digeneralisasi ke seluruh siswa. "Di SMA 70 ada seribu siswa, di SMA 6 juga seribu siswa. Perilaku 20 orang itu seperti nila setitik. Jadi, harus proporsional menanganinya," kata Taufik.
Taufik menyebut, ada banyak faktor mempengaruhi tawuran, yaitu faktor alumni, keinginan anak berekspresi menampilkan jati diri, hingga faktor mudahnya anak terprovokasi sehingga ingin merusak orang lain. "Sudah kami lakukan langkah-langkah. Misalnya ada posko bersama, di daerah Bulungan."
Dia menyatakan pihak sekolah sebenarnya sudah membuat program yang mengakomodasi rekonsiliasi kedua sekolah. "Penanganannya harus komprehensif semuanya. Sudah ada program yang buat link antarsekolah agar membangkitkan persaingan yang konstruktif, bukan konfrontatif," kata dia.
Dia juga mengklaim, anak-anak di SMA 6 dan SMA 70 yang sudah tidak bisa taat peraturan sudah banyak yang dipindahkan. "Anak-anaknya sudah tidak bisa indahkan peraturan dipindahkan, dicarikan sekolah lain."
Pernyataan Taufik berbeda dengan harapan warga yang berada di kawasan Bulungan sehari-hari. Bambang Dwitrisno, pegawai Badan Pertanahan Nasional yang berkantor di kawasan itu, resah dengan tawuran tak putus-putus.
Pada Senin siang, tawuran antara siswa SMA 6 dan SMA 70 menewaskan siswa SMA 6 bernama Alawy Yusianto Putra.
ATMI PERTIWI
Berita lain:
Tawuran Antar-Pelajar di Bulungan, 1 Siswa Tewas
Cegah Tawuran, Polisi Gelar Razia di Sekolah
Polisi Ciduk 4 Siswa Tersangka Pengeroyokan
Pelaku Tawuran Pelajar di Bintaro Ditangkap
Heboh Video Perkelahian Siswi SMA di Bima