TEMPO.CO, Jakarta - Pembangunan sumur resapan di Jakarta belum dapat menyelesaikan masalah genangan air di Ibu Kota. "Sumur resapan bukan untuk mengendalikan banjir," ujar Kepala Dinas Perindustrian dan Energi Jakarta Andi Baso, Senin, 13 Januari 2014.
Menurut dia, hasil observasi di lima titik pembangunan sumur resapan di sekitar Balai Kota Jakarta memperlihatkan bahwa kapasitas resap air sumur resapan hanya mencapai 40 meter kubik per hari. Berarti sumur hanya mampu menyerap 2 meter kubik air per jam. Sementara itu, hujan yang turun jauh lebih besar dari kapasitas yang bisa ditampung.
Karena itu, kata Andi, pembangunan sumur resapan di Jakarta lebih ditujukan untuk konservasi air tanah. Sedangkan upaya mengatasi banjir bisa dilakukan dengan perbaikan drainase, penambahan pompa air, dan pembuatan waduk.
Sampai sekarang, pembangunan sumur resapan di Ibu Kota sudah mencapai 80 persen dari target 1.949 sumur. Sebagian diletakkan di lokasi yang memang titik rawan genangan air. Kedalaman sumur tergantung dari lokasi yang dipilih, mulai dari 3 meter sampai 60 meter.
Memang, menurut Andi, pembangunan sumur resapan lebih bermanfaat di daerah Jakarta Selatan. Sebab, muka air tanah di wilayah tersebut lebih rendah, sehingga air bisa menyerap lebih banyak ke dalam sumur. Berbeda dengan di wilayah Jakarta Pusat dan Jakarta Utara. Muka air tanah di kedua wilayah itu sudah tinggi.
SUTJI DECILYA
Baca juga:
Hujan Bubarkan Beragam Kampanye Jokowi Nyapres
Dukung Pencapresan Jokowi, Ratusan Waria Pawai
Jika Jokowi Nyapres, Ini Cawapres Pilihan Waria
Waria: Jokowi Patut Diperjuangkan