TEMPO.CO, Jakarta - Sejarawan Betawi, JJ Rizal, meminta Pelaksana Tugas Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama agar segera mengembalikan fungsi utama Monumen Nasional ke hakikat pembangunannya, yakni untuk perenungan dan refleksi masyarakat bahwa Indonesia adalah bangsa yang besar. “Jangan malah dijadikan sebagai tempat bisnis atau dagang,” kata Rizal kepada Tempo, Jumat, 27 Juni 2014.
Menurut dia, saat ini kondisi Monas sudah tidak layak disebut sebagai monumen perenungan seperti yang diharapkan Bung Karno. Banyaknya aktivitas bisnis dan dagang di kawasan itu membuat Monas jauh dari tujuan pembangunannya.
“Harusnya dievaluasi lagi. Jika evaluasinya serius, pasti tidak akan ada aktivitas bisnis itu,” ujarnya. Itu sebabnya Rizal setuju dengan rencana Ahok yang ingin membersihkan para pedagang dari Monas. “Makanya, penyelenggaraan PRJ (Pekan Rakyat Jakarta) di Monas itu justru sebenarnya tidak tepat dan salah besar.”
Jika Ahok serius melakukan pembenahan, aturan hukum terkait dengan Monas bisa saja dibuat. Nantinya aturan bisa mengharuskan secara tegas mengatur bahwa kawasan Monas harus steril dari kegiatan bisnis dan perdagangan seperti yang kerap terjadi sekarang ini. “Termasuk warung-warung yang berada di Lapangan IRTI juga harus dibongkar,” ujarnya.
Rizal yakin, jika rencana itu diwujudkan, aksi kriminalitas di kawasan Monas juga akan hilang. Menurut dia, maraknya aksi kriminalitas di Monas juga tak lepas dari kegiatan bisnis sehingga memunculkan preman-preman yang meminta kutipan secara liar. “Dan tak jarang juga yang mengutip malah aparat pemerintah, jadi Monas harus disterilkan,” katanya.
Sebelumnya, Yusri, tukang parkir liar di Monas, disiram menggunakan bensin dan dibakar oleh anggota TNI, HR, pada Selasa, 24 Juni 2014, pukul 22.45. Penyebabnya, Yusri kurang memberikan uang "jatah" sebesar Rp 150 ribu. Kini Yusri dirawat di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dari sebelumnya di RSUD Tarakan, Jakarta Pusat. Kasusnya ditangani oleh POM TNI Angkatan Darat.
DIMAS SIREGAR