TEMPO.CO, Jakarta - Sosiolog dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta mengatakan musim mudik Lebaran biasanya menimbulkan apa yang dinamakan social jetlag. "Social jetlag atau kelelahan sosial," kata Syarif saat dihubungi Tempo, Senin, 4 Agustus 2014. (Baca: Ahok Tak Gelar Operasi Yustisi Usai Lebaran)
Syarif menuturkan kelelahan sosial ini merupakan fenomena menurunnya produktivitas masyarakat yang melakukan mudik. "Contoh paling gampang, setiap hari pertama kerja, banyak pegawai yang bolos bekerja," kata Musni. Biasanya, para pegawai butuh dua-tiga hari agar kembali bersemangat bekerja. "Buktinya, hari ini Jakarta belum terlalu ramai seperti biasanya." (Baca juga: DKI Tak Bisa Cegah Urbanisasi ke Jakarta)
Jetlag berarti kondisi psikologis dan fisik berupa kelelahan yang timbul setelah seseorang melakukan perjalanan jauh atau terbang melewati zona waktu berbeda. "Mudik juga kan menguras energi karena harus menempuh jarak yang jauh, macet, dan berdesak-desakan di kendaraan umum," ujar Musni. "Gara-gara perjalanan yang melelahkan itu, sekembalinya dari kampung halaman, orang inginnya istirahat dulu, atau bisa juga karena masih rindu kampung." (Baca: Konsep Surat Perjanjian Pendatang di DKI Tak Jelas)
Tidak hanya kaum pekerja, jetlag pascamudik juga bisa dialami siapa saja, seperti pedagang, anak sekolah, bahkan ibu rumah tangga. "Seharusnya, mudik dan khususnya Lebaran itu membuat kita lebih fresh dan termotivasi untuk lebih baik," tuturnya. "Sikap malas seperti itu harus dibuang jauh-jauh." (Baca: Kenapa Jakarta Selalu Jadi Magnet Urbanisasi?)
PRAGA UTAMA
Berita Lainnya:
KJP dan KJS Bikin Pendatang Tertarik ke Jakarta
Denda Parkir 1 Juta, Apa Kabar Operasi Cabut Pentil
Kebijakan 3 in 1 dan Contraflow Kembali Berlaku