TEMPO.CO, Jakarta - Peristiwa penyerangan SMK Negeri 29 Jakarta yang dilakukan ratusan pelajar diduga telah direncanakan. Dugaan itu paling tidak disampaikan Maruli Tua, guru SMK 29 yang menjadi saksi mata. "Pelajar yang menyerang membawa bendera kuning," kata Maruli, Selasa, 9 September 2014.
Masyarakat Jakarta selama ini menjadikan bendera kuning sebagai simbol kematian. Bendera itu diacung-acungkan ke arah SMK 29. Saat itu, Maruli baru meninggalkan sekolah untuk pulang. Namun, di perjalanan, dia melihat ratusan pelajar yang datang menggunakan bus. "Saking banyaknya, sampai ada yang duduk di atap bus," kata Maruli. Ada juga yang menggunakan sepeda motor. (Baca: Tawuran, Pelajar Tewas dengan Celurit Tertancap)
Melihat rombongan itu, perasaan Maruli tidak enak. Dia memutuskan kembali ke sekolah. "Ternyata tebakan saya benar. Mereka mengepung sekolah kami dari segala penjuru," ujarnya. Mereka menyerang siapa saja yang mencoba menghalangi dengan menggunakan senjata tajam. (Baca: Penggerebekan Pelajar di Kebayoran karena Tawuran)
Saat yang bersamaan, puluhan siswa SMK 29 terperangkap di dalam sekolah. Mereka tidak bisa berbuat apa-apa karena kalah jumlah. Satu siswa SMK 29 nekat membalas serangan. Namun dia langsung terkapar karena terkena sabetan senjata tajam. (Baca: Tawuran, Siswa SMK Tewas Dihajar Kereta)
Kelompok penyerang baru bubar setelah polisi datang. Mereka melarikan diri ke arah Mabes Polri. Di sana, mereka diringkus oleh polisi yang memang sudah bersiaga.
Akibat penyerangan itu, sejumlah fasilitas SMK 29 rusak berat akibat dilempari batu. Kaca lobi sekolah hancur. Pos petugas keamanan juga jebol di sana-sini. Belasan sepeda motor dan satu mobil yang parkir di sekolah ikut dirusak.
PERSIANA GALIH
Berita Terpopuler:
PKS Blunder Usung Pilkada Tak Langsung
Ketemu Sudi Silalahi, Rini Minta Maaf
Demi Prabowo, PKS Setuju Pilkada Lewat DPRD
Jokowi: RUU Pilkada Potong Kedaulatan Rakyat