TEMPO.CO, Jakarta - Upacara peringatan Hari Bela Negara digelar di Monumen Nasional, Jakarta Pusat, Jumat, 19 Desember 2014. Upacara dihadiri para menteri dan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama. Turut hadir dalam acara itu, grup band Slank. Mereka didaulat menyanyikan lagu Kebyar-kebyar ciptaan Gombloh. Selain Slank, hadir juga Jaya Suprana.
Gombloh adalah penyanyi kelahiran Jombang, Jawa Timur, 14 Juli 1948, dengan nama Soegjarwoto Soemarsono. Dia meninggal di Surabaya pada 9 Januari 1988. Beberapa lagu ciptaannya menggugah semangat nasionalisme, di antaranya Dewa Ruci, Gugur-gugur Bunga, Gaung Mojokerto-Surabaya, Indonesia Kami, Indonesiaku, Indonesiamu, Pesan buat Negeriku, dan Bung Karno. Kebyar-kebyar masih sering dilantunkan oleh banyak penyanyi sekarang.
Budayawan Jaya Suprana hadir untuk mendaulat pengibaran bendera raksasa. Bendera Merah Putih ukuran 58 x 38 meter tersebut diklaim memecahkan rekor Indonesia sekaligus rekor dunia. Tim pengibaran bendera selebar setengah lapangan bola itu dipimpin oleh Chris John, mantan petinju dunia. Beberapa menteri turut mengibarkan. Mereka adalah Menteri Pendayagunaan Aparatur Negera dan Reformasi Birokrasi Yuddy Chrisnandi, Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo, Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi, serta Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu.
Adapun upacara peringatan Hari Bela Negara dipimpin langsung oleh Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Tedjo Edhy Purdijatno. Sedangkan komandan upacaranya yakni binaragwan I Gusti Agung Ray Kusuma Yudha alias Ade Ray.
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengapresiasi acara tersebut. "Apalagi ada bendera terbesar di dunia. Bagus," ujarnya.
Menurut dia, bela negara tidak hanya diwajibkan untuk tentara. "Kita tidak sadar bahwa bela negara wajib buat semua warga," tuturnya. (Baca: Menwa Bakal Dihidupkan Kembali Untuk Bela Negara)
Hari Bela Negara yang ditetapkan pada 19 Desember ini merupakan hari bersejarah bangsa Indonesia untuk memperingati deklarasi Pemerintahan Darurat Republik Indonesia oleh Mr Syafruddin Prawiranegara di Sumatera Barat pada 19 Desember 1948.
Syafruddin Prawiranegara, yang saat itu menjabat Menteri Kemakmuran dalam kabinet Presiden Sukarno, mendapatkan mandat dari Presiden untuk membentuk pemerintahan darurat di Bukittinggi, Sumatera Barat. Perintah tersebut dibuat karena kondisi pemerintahan saat itu dianggap genting. Yogyakarta sebagai ibu kota RI kembali diduduki oleh Belanda. Peristiwa itu disebut dengan Agresi Militer Belanda II.
Saat bersamaan, Sukarno dan wakilnya, Muhammad Hatta, ditawan dan diasingkan di Pulau Bangka, sehingga jabatan pemimpin RI sementara diserahkan pada Syafruddin Prawiranegara sebagai Presiden/Ketua PDRI (Pemerintah Darurat Republik Indonesia).
Hari Bela Negara diperingati di Monumen Nasional (Monas) pada hari ini, didasari Keputusan Presiden Nomor 28 Tahun 2006 tentang Hari Bela Negara oleh Presiden RI keenam Susilo Bambang Yudhoyono.
ERWAN HERMAWAN
Berita Terpopuler
Ahok Larang Motor, Fahrurrozi: Itu Bodoh
Ahok Batasi Sepeda Motor, Lulung Beri Solusi
Lulung Minta Djarot Tak Banyak Omong
Tak Bisa Lagi Bayar Tunai di Jalan Tol Semanggi 1