TEMPO.CO, Jakarta - Juru bicara PT KAI Commuter Jabodetabek, Eva Chairunisa, mengatakan pihaknya berkoordinasi dengan berbagai elemen masyarakat untuk mengantisipasi pelemparan batu yang terjadi pada Ramadan. Pelemparan batu ke arah kereta yang melintas kerap dilakukan warga iseng ketika menunggu azan subuh selepas sahur.
“Petugas kami bekerja sama dengan RT dan RW setempat, serta polisi,” ujar Eva lewat sambungan telepon, Ahad, 21 Juni 2015.
Pengamanan dilakukan dengan menyisir permukiman warga dan melakukan sosialisasi. Ada juga edukasi di sekolah-sekolah yang berada di dekat rel kereta. Sebabnya, pelaku pelemparan umumnya merupakan anak-anak.
“Mereka sangat tidak sadar bahwa hal iseng berdampak serius,” kata Eva. Penumpang yang mendengar lemparan batu akan merasa terkejut dan tidak nyaman.
Kemarin pagi, seorang anak kedapatan tengah melempar batu ke arah kereta yang melintas di sekitar Cakung, Jakarta Timur. Bocah berusia delapan tahun itu diamankan dan kemudian diberikan pengarahan oleh petugas. “RT, RW, dan orang tuanya juga sudah kami panggil,” kata Eva.
Adapun wilayah yang rawan pelemparan batu di jalur Commuter Line Bogor-Jakarta Kota dan Bogor-Tanah Abang adalah sepanjang jalur rel Cilebut hingga Tebet. Di jalur Serpong-Tanah Abang wilayah paling rawan yakni, Maja, Parung Panjang, dan Tiga Raksa. Daerah rawan lain adalah Bekasi.
Tempo sendiri pada Minggu, 21 Juni 2015, yang menaiki kereta Commuter Line Serpong-Tanah Abang mengalami empat kali lemparan batu dari orang iseng selepas subuh. "Kalau puasa begini, habis subuhan, banyak yang iseng," kata petugas keamanan di dalam kereta.
Selain pelemparan batu, hal yang juga sering mengganggu kenyamanan adalah tawuran warga di sekitar rel. Batu yang digunakan untuk saling serang, sering kali nyasar ke arah kereta. “Paling sering terjadi terutama di Klender dan Buaran,” ucap Eva.
SATWIKA MOVEMENTI | ISTI