Hal ini terlihat dari banyaknya pengguna jalan yang melakukan pelanggaran lalu lintas. Paling banyak, kata dia, pengemudi angkutan umum yang sering berhenti sembarangan tempat. Akibatnya, laju kendaraan menjadi terhambat karena badan jalan dipenuhi angkutan umum. "Angkutan umum melebihi kuota, sehingga ada beberapa trayek yang bersinggungan," kata Bayu.
Bayu menambahkan titik kemacetan paling krusial di antaranya di Jalan Ahmad Yani atau depan pintu tol Bekasi Barat dan Jalan Joyo Martono di depan tol Bekasi Timur. Selain itu, di persimpangan Rawapanjang, Cipendawa, BCP, Kayuringin, Bulak Kapal, Unisma, Rawasemut, Caman, Pekayon, Pasar Rebo, dan Alexindo.
Baca juga:
Industri Tekstil Jateng Melesat, Pasokan Pekerja Kurang
Persib vs Sriwijaya di GBK, Polres Depok Panggil Jakmania
"Di sekitar pasar ada di Pasar Kranji, Pasar Pondok Gede, dan Sumber Artha," kata dia. Terakhir, yang bersinggungan dengan kereta api, di antaranya depan dan samping Stasiun Bekasi, Kranji. Adapun masih adanya perlintasan sebidang, yaitu Jalan Perjuangan, Bulak Kapal, Ampera, Agus Salim, dan M. Yamin.
Menurut dia, untuk mengurai kemacetan di wilayah setempat dibutuhkan sinergitas kemitraan dari seluruh pemangku kepentingan lalu lintas, yaitu Polri, Dinas Perhubungan, Satuan Polisi Pamong Praja, Dinas Binamarga dan Tata Air, organisasi angkutan darat, dan stakeholder lainnya. "Kemacetan adalah tanggung jawab bersama," kata Bayu.
ADI WARSONO