TEMPO.CO, Bekasi - Muhammad Aljahra alias Zoya yang diduga sebagai maling amplifier milik Musala Al-Hidayah dibakar massa di Pasar Muara, Desa Muara Bakti, Babelan, Kabupaten Bekasi, 1 Agustus 2017. Peristiwa tragis itu berjarak satu kilometer dari Musala Al-Hidayah yang terletak di Kampung Cabang Empat, Hurip Jaya, Babelan.
Ketika itu, polisi menemukan tiga unit ampliflier di dalam tas pada sepeda motor yang dikendarai Zoya. Dengan demikian, selain satu ampliflier milik Musala Al-Hidayah, juga ada dua ampliflier lain yang masih diselidiki polisi.
Baca: Zoya Dibakar Massa, Istri: Dia Hanya Bawa Obeng, Tang, dan Solder
Kepala Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resor Metro Bekasi Kabupaten Ajun Komisaris Rizal Marito mengatakan sampai dua pekan setelah kejadian, pihaknya masih memeriksa dua dari tiga amplifier yang dibawa Zoya.
"Untuk hal tersebut masih kita selidiki. Sampai saat ini belum ada laporan (kehilangan) dari masyarakat juga," jawab Rizal saat dikonfirmasi Tempo, Rabu, 16 Agustus 2017. Dengan demikian, pihaknya belum bisa memastikan siapa pemilik amplifier tersebut.
Sementara itu, saat meninggalkan rumah, Zoya tidak membawa amplifier. Siti Zubaedah, istri Zoya, mengatakan, suaminya hanya membawa tas saat berangkat Selasa siang, 1 Agustus, atau beberapa jam sebelum teknisi elektronik itu dibakar massa di Pasar Muara.
"Seingat saya dia (Zoya) nggak bawa (amplifier). Hanya bawa obeng, tang, dan solder, dimasukin ke tas ransel warna hitam," kata Zoya saat ditemui Tempo di rumah kontrakannya, Jalan Kampung Jati, Bumi Asih, Cikarang Utara, Selasa sore, 15 Agustus 2017.
Hingga kini, Zubaedah pun belum mengetahui asal-muasal dua ampliflier lainnya yang dibawa Zoya. Zubaedah yakin, dua ampliflier itu bukan barang curian. Menurut wanita yang tengah hamil enam bulan itu, suaminya kerap membawa barang elektronik rusak sepulang kerja.
Baca juga: Zoya Dibakar Massa, Polisi: Tersangka Beli 1 Liter Bensin Eceran
“Setelah diperbaiki, dia jual dengan harga dua kali lipat. Misalkan dia beli lima puluh ribu rupiah, lalu dijual seratus ribu rupiah. Dari situ kita dapet untungnya," kata Zubaedah.
HISYAM LUTHFIANA