TEMPO.CO , Jakarta-Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengatakan Jakarta tetap membutuhkan hujan. Itu yang menjadi alasan mengapa setelah proyek rekayasa cuaca dilaksanakan, hujan masih juga turun.
"Kalau tidak hujan, tanah Jakarta bisa ambles," ujar Koordinator Lapangan Penerapan Teknologi Modifikasi Cuaca Tri Handoko kepada Tempo, Selasa, 12 Februari 2013. Penyebabnya, tanah Jakarta yang berfungsi sebagai resapan, masih membutuhkan asupan air. Tanah resapan itu berpotensi amblas, karena air di dalamnya masih digunakan untuk aktivitas warga.
"Kami mendapat kritik ketika seminggu pertama berhasil tak menurunkan hujan," ujarnya. Kritik itu datang dari pengamat lingkungan dan ahli tata air.
Maka itu BPPT membiarkan sekali-kali hujan tetap turun di Jakarta. "Yang penting tidak berpotensi banjir," ujarnya. Hari ini misalnya, hujan selama dua jam mengguyur beberapa wilayah di Jakarta.
Proyek ini memang dimandatkan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo agar Jakarta tidak terendam banjir di musim hujan ini. BPPT menggandeng TNI-Angkatan Udara untuk menyukseskan program ini. Salah satu bentuk kegiatannya adalah menabur garam di angkasa untuk mempercepat hujan. BPPT membutuhkan moda yang bisa memfasilitasinya.
TNI-AU sejak 26 Januari lalu berkomitmen menyediakan satu buah pesawat Hercules dan tiga pesawat Cassa. Namun hingga sekarang hanya satu Hercules dan satu Cassa yang diterjunkan. "Hercules pun tidak setiap hari, tergantung awannya," ujar ia.
Sejak kemarin misal, pesawat Hercules masuk hanggar untuk mendapatkan perawatan. "Biar nanti siap kalau potensi awan hujan tinggi," ujarnya. Pesawat militer tersebut sanggup membawa hingga 4-5 ton bahan semai garam tiap embarkasinya.
Bahan semai garam ini berbeda dengan garam dapur biasa. "Untuk ini, garamnya 30-50 mikron, garam dapur itu bisa ratusan mikron," ujarnya. Bahan semai halus ini dianggap sudah memenuhi spesifikasi untuk modifikasi cuaca ala BPPT.
"Jika awannya sudah matang, hanya butuh sepuluh menit untuk turun jadi hujan sejak ditabur," ujarnya. Namun jika awan tersebut baru tumbuh, waktu turun hujannya kurang lebih satu jam.
Setiap pagi di posko rekayasa cuaca, Lanud Halim Perdana Kusuma, BPPT memprediksi datangnya awan menuju Jakarta. "Jika berpotensi banjir, kami terbang ke arah awan," ujarnya.
Biasanya, pesawat berangkat pukul 10.00 WIB dari Lanud Halim Perdana Kusuma. Dari sana pesawat melesat ke arah gumpalan awan untuk memecahnya jadi hujan. "Ini misi yang sangat berbahaya, tapi namanya juga risiko pekerjaan," ujarnya. Simak info banjir dan penanganannya di sini.
M. ANDI PERDANA
Baca juga:
Begini Cara Hujan Jakarta Dipindah ke Laut
Modifikasi Cuaca Berhasil Kurangi Hujan di Jakarta
Ini Syarat agar Modifikasi Hujan Jakarta Berhasil
Modifikasi Hujan Jakarta Pernah Sukses di Beijing
Modifikasi Cuaca Bisa Kurangi Curah Hujan 30 Persen