TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Metro Jaya Komisaris Besar Rikwanto membantah adanya dua versi mengenai kronologi penembakan Brigadir Kepala Lasmidi. Menurut dia, Lasmidi ditembak setelah mengeluarkan tembakan peringatan ke atas. "Tidak ada kronologi versi Jatiuwung," kata Rikwanto kepada Tempo, Ahad, 16 Februari 2014.
Rikwanto menuturkan kejadian yang berlangsung pukul 17.00 WIB pada 15 Februari 2014 itu bermula saat Brigadir Kepala Ridho, anggota tim buru sergap Kepolisian Sektor Metro Jatiuwung, menerima informasi dari anggota Yon 203 AK soal adanya dugaan perampokan bersenjata di dalam mobil angkutan kota. (Baca juga: Kritis Kondisi Polisi yang Ditembak Polisi)
Rikwanto mengatakan Ridho lalu memberi tahu Lasmidi. Kemudian,keduanya bersama anggota Yon 203 AK menuju lokasi kejadian penembakan, yakni di depan Giant Ekstra Cimone, Kota Tangerang.
Di situ, ujar Rikwanto, Lasmidi langsung melepaskan tembakan peringatan ke atas lalu menodongkan senjata ke dalam angkutan kota yang di dalamnya berisi empat orang, plus sopir. Namun, dari dalam angkot, pelaku balas menembak ke arah Lasmidi hingga mengenai dada kiri.
Dari dalam angkutan umum, Rikwanto berujar anggota polisi yang diduga adalah Aipda NBB dari Polresta Tigaraksa ini balas menembak Lasmidi. Dia tak mengetahui bahwa Lasmidi adalah anggota polisi karena Lasmidi berpakaian preman. "Karena sebagai reserse, Lasmidi tak mengenakan seragam," Rikwanto menjelaskan.
LINDA HAIRANI
Berita lain:
Ustad Hariri Nyaris Lempar Mikrofon ke Bos Entis
Relawan Kelud Terobos Zona Terlarang untuk Berfoto
Kerukunan Beragama Indonesia Dipamerkan di Eropa
Gunung Anak Krakatau dalam Status Waspada
Abu Kelud, MUI Diminta Serukan Warga Salat Istisqa