TEMPO.CO , Jakarta: Para tersangka pencurian dengan pemberatan ternyata mengandalkan saran dukun sebelum melakukan aksinya. Saran dukun ini selalu diikuti agar aksi yang mereka lakukan mendapatkan hasil besar dan aman dari polisi.
"Mereka punya dukun yang suka memberi saran," kata Kepala Subdit Pencurian Kendaraan Bermotor Ajun Komisaris Besar Siswo Yuwono di kantornya Kamis 9 April 2015. Dia mengatakan, dukun yang mereka maksud itu ada di Bogor.
Dengan saran dukun ini, menurut Siswo, mereka mendapat pengarahan di mana mereka bisa melakukan aksinya. Misalnya di Jakarta Timur dibilang ombaknya kecil, artinya resiko mereka melakukan kejahatan kecil. Atas saran itulah kemudian mereka akan melakukan aksinya.
Sebaliknya, ketika si dukun mengatakan bahwa ada ombak besar. "Itu artinya aksi mereka kemungkinan mengalami hambatan. Misalnya dikejar massa," kata Siswo.
Dari pengakuan para tersangka, selama ini saran si dukun ampuh. Kelompok ini berhasil melakukan perbuatan pencurian setidaknya hingga 25 kali. Mereka mendapatkan sejumlah barang berharga, mulai dari laptop, handphone, hingga uang tunai.
Salah satu tersangka, FEB, 24 tahun mengatakan dia sempat mendapat kain dari guru spiritualnya di Sukabumi pada 2014 lalu. "Kain itu saya dapat dari guru saya," kata dia. Menurut dia, kain itu seperti jimat yang dapat membuat aksinya lebih aman.
Kain yang dimaksud tersangka adalah sebuah kain hitam berbentuk rompi yang banyak bertuliskan bahasa Arab. Rompi itu kerap digunakan pelaku saat beraksi.
Dalam kelompok yang dibekuk oleh Subdit Ranmor Polda Metro Jaya, FEB berperan sebagai eksekutor. Selain FEB, tersangka lainnya adalah AG, 31 tahun, SUS (27) dan END (43) berperan sebagai eksekutor, FRM (28) dan DW (25) sebagai pengawas, FJR (26), ABD (29) dan HSR (29) sebagai pengalih perhatian, serta HRD (33) dan YUL (29) sebagai penadah.
Kelompok ini kerap menyasar korban-korban yang memarkir kendaraannya di tempat-tempat parkir atau rumah toko. Mereka memecahkan kaca korban menggunakan pecahan busi. Selain itu, mereka pun mengincar korban dengan berpura-pura mengatakan kendaraan korban ada keanehan. Mereka akan mengambil kesempatan saat korban menghentikan kendaraannya untuk mengecek keanehan itu.
NINIS CHAIRUNNISA