TEMPO.CO, Jakarta - Ahli ilmu fisika dan kimia terapan, Doktor Kunihiko Koike, mengatakan kebakaran yang terjadi di pabrik PT Mandom Indonesia, Cikarang, Bekasi, pada 10 Juli 2015, tidak disebabkan kebocoran flexible tube. Menurut dia, ada empat alasan kenapa kebakaran yang memakan korban 28 orang pegawai tewas terbakar itu bukan disebabkan kebocoran selang fleksibel tersebut.
“Pertama, database dari The High Pressure Gas Safety Institute of Japan-lembaga resmi pemerintah Jepang di bawah naungan Kementerian Perekonomian dan Perindustrian-, selama kurun waktu 50 tahun terakhir (1965-2014), belum pernah ada laporan insiden kebocoran LPG ataupun insiden ledakan yang disebabkan oleh flexible tube,” demikian keterangan Koiko yang dikutip dari siaran pers tim kuasa hukum PT Iwatani Industrial Gas Indonesia, Luthfi Yazid.
Alasan kedua, Koiko mengatakan dari hasil investigasi menunjukkan bagian dalam flexible tube menggunakan bahan resin PTFE (Polytetrafluoroethylene) yang sangat stabil terhadap LPG. Menurut dia, hasil pemeriksaan permukaan PTFE dengan mikroskop menunjukkan tidak terdapat lubang kecil maupun keretakan. Dia mengatakan flexible tube tersebut tidak kalah kualitasnya dengan flexible tube yang diproduksi perusahaan terkemuka di Jepang.
“Selain itu, telah dilakukan uji kebocoran dengan memasukkan gas nitrogen dengan besaran tekanan yang sama dengan besaran tekanan pada saat pabrik beroperasi, yaitu 1,5MPa, dan telah dipastikan bahwa tidak ada kebocoran.”
Sementara alasan ketiga Koiko mengatakan dari hasil eksperimen, saat digunakan di bawah tekanan dalam kondisi penggunaan normal, flexible tube tidak akan patah. Spek dari produsen mengenai batas minimum tekanan yang akan menyebabkan flexible tube patah adalah 34,5MPa untuk flexible tube dengan diameter tiga perempat inci dan 20,7MPa untuk flexible tube dengan diameter satu inci.
Sedangkan eksperimen dengan tekanan air menunjukkan untuk mencapai titik patah, diperlukan tekanan 43MPa untuk flexible tube dengan diameter tiga perempat inci. Sementara flexible tube dengan diameter satu inci adalah 36MPa.
Selain itu, walaupun flexible tube ditekuk dengan kekuatan di atas kemampuan tenaga fisik manusia lalu dikembalikan ke kondisi semula dengan diukur batas minimum tekanan yang dapat menyebabkan kepatahan, Koiko mengatakan batas minimum tekanan tidak berubah menjadi lebih rendah.
“Terbukti bahwa flexible tube hanya akan patah jika berada pada tekanan tinggi yang ekstrem. Dalam kondisi normal pada penggunaan di pabrik, tekanan hanya mencapai 1,5MPa sehingga tidak mungkin menyebabkan flexible tube patah.”
Alasan terakhir, Koiko mengatakan sudah melakukan eksperimen mengukur semburan LPG dari tabung propane melalui valve setengah incih dalam kondisi Factory operating pressure (tekanan pada saat pabrik beroperasi), yaitu 1,5MPa. Kondisi semburan tersebut hampir sama dengan kondisi jika berasumsi bahwa flexible tube pada pabrik Mandom patah.
“Pada saat LPG tersembur ke udara dari tabung, maka propane cair akan mengalami proses ekspansi adiabatik, berubah wujud menjadi gas dan menyembur ke udara dengan kekuatan yang dahsyat dan dibarengi dengan semburan asap putih.” Pada saat yang bersamaan, terdengar bunyi dentuman yang melampaui 100 dB dan kecepatan semburan gas mencapai 0,25 kilogram per detik.
Koiko mengatakan dari pemantauan denah pabrik tempat insiden ledakan, jika kandungan LPG dalam udara mencapai dua persen atau batas minimum yang dapat menyebabkan ledakan, maka diperkirakan volume gas yang bocor ke udara sebanyak 28 kilogram dan kecepatan semburan gas 0,25 kilogram per detik. Sehingga, jika terjadi kebocoran, maka akan timbul gejala bunyi dentuman dibarengi dengan semburan asap putih selama lebih dari seratus detik.
“Sulit membayangkan para pekerja di lapangan tidak ada yang menyadari gejala-gejala abnormal tersebut. Maka logis beranggapan kebocoran LPG bukan karena bocornya gas cair dari flexible tube, melainkan kebocoran dari mesin dan perlengkapan lainnya dalam wujud gas terjadi tanpa menimbulkan bunyi serta dalam jangka waktu lama sampai akhirnya memicu kebakaran.”
ANGGA SUKMAWIJAYA