TEMPO.CO, Jakarta - Penyidik Kepolisian Daerah Metro Jaya terus menyelidiki kematian Wayan Mirna Salihin setelah meminum kopi Vietnam di kafe Olivier, Rabu, 4 Januari 2016. Hari ini polisi memeriksa suami Wayan Mirna, Arief Sumarko.
Namun pria itu tak banyak berkomentar setelah diperiksa selama lebih-kurang empat jam. "Semuanya kita serahkan saja ke kepolisian," kata Arief, yang berjalan terburu-buru setelah diperiksa, Kamis, 21 Januari 2016.
Memakai kemeja bermotif kotak-kotak biru merah, pria berkacamata itu hanya tersenyum membalas pertanyaan dari wartawan. Sesekali dia berlari untuk sekadar menghindari kejaran media.
Sebelumnya, Kepolisian Daerah Metro Jaya mengatakan akan memeriksa orang tua serta suami Wayan Mirna Salihin hari ini. "Orang tua Mirna, suami, dan keluarga akan diperiksa lagi hari ini," ujar Direktur Reserse Kriminal Umum Komisaris Besar Krishna Murti, Kamis, 21 Januari 2016.
Khrisna mengatakan pemanggilan ini untuk melengkapi hasil pemeriksaan Wayan Mirna Salihin. Oleh karena itu pihaknya harus memeriksa beberapa orang lagi. "Ini kan membongkar sebuah kasus, tidak bisa berdasarkan asumsi, harus berdasarkan fakta dan alat bukti," ujarnya.
Hingga kini Polda Metro Jaya masih mengembangkan pemeriksaan serta mencukupi keterangan saksi-saksi. Karena, menurut Khrisna, saksi dan petunjuk bukti mati nanti dihidupkan oleh hasil forensik. "Jadi bukti mati itu yang berbicara adalah ahli forensik, dengan keterangan saksi nanti perlu ada analisa kesesuaian," ujarnya.
Sebelumnya, pengamat psikologi forensik, Reza Indragiri Amriel, mengatakan pembunuhan dengan menggunakan zat sianida lebih sedikit terjadi dibandingkan dengan bunuh diri menggunakan sianida. Dalam kasus Mirna, Reza melihat, polisi terkesan lebih berhati-hati dalam menetapkan tersangka.
"Bukan lelet, sebelumnya polisi terburu-buru mengumumkan perihal sianida, dan bocornya obrolan tentang penetapan calon tersangka. Sekarang mungkin polisi jadi lebih berhati-hati," kata Reza Indragiri kepada Tempo, Rabu, 20 Januari 2016.
Wayan Mirna Salihin, 27 tahun, meninggal setelah meminum es kopi dari Olivier Cafe, Grand Indonesia, Rabu 6 Januari lalu. Mirna saat itu menyesap kopi dengan sedotan. Tak lama kemudian ia merasa kepanasan dan kejang-kejang hingga mulutnya mengeluarkan busa.
Sejam kemudian ia meninggal di RS Abdi Waluyo setelah dibawa ke klinik di lantai dasar mal Grand Indonesia.
Setelah melakukan otopsi terhadap cairan tubuh Mirna dan sampel kopi dari Cafe Olivier, Puslabfor Mabes Polri menyebutkan terdapat kandungan sianida pada keduanya. Kendati demikian, polisi belum bisa memastikan apa pelaku dengan sengaja mencampurkan zat tersebut ke kopi Mirna.
ARIEF HIDAYAT