TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengakui, kondisi trotoar di Jakarta tak sebaik di Surabaya. Salah satu permasalahannya adalah tidak ada purwarupa atau prototipe pembuatan saluran utilitas atau ducting untuk menyimpan kabel fiber optik atau kabel listrik milik Perusahaan Listrik Negara (PLN).
"Jadi, saat orang gali kabel fiber optik atau PLN, (mereka harus) bongkar (trotoar) lagi. Sekarang saya wajibkan bikin model ada untuk trotoar," ucap Ahok di Balai Kota, Kamis, 11 Agustus 2016.
Selain itu, Ahok tidak ingin membuat trotoar menggunakan conblock, keramik, atau batu alam. Ia ingin trotoar di Jakarta menggunakan teknologi trucrete, yaitu semen yang bisa menyerap air. Jadi tidak lagi menggunakan conblock sebagai alasnya.
Teknologi tersebut telah digunakan dalam pembangunan Taman Pandang Istana. Taman tersebut dibuat Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk para demonstran saat menyampaikan aspirasinya kepada pihak Istana. "Itu semennya bisa menyerap air. Kami sudah uji coba di Tebet juga," ujarnya.
Jika purwarupa trotoar lengkap dengan saluran utilitas, saat menggali kabel yang berada di bawah permukaan tanah sedalam 2,5-2,8 meter bisa melalui kotak dalam tanah tanpa harus menggali. "Sehingga trotoar kita enggak dibongkar lagi. Ini kan kalau jadi dibongkar lagi. Dirapihinnya enggak rapi lagi conblock-nya," tuturnya.
Setidaknya ada 2.700 kilometer panjang trotoar di Jakarta yang harus dibenahi. Selain melakukan perbaikan, Ahok berencana memperlebar trotoar. Pelebaran trotoar akan menyesuaikan dengan ruas jalan.
Misalnya, ruas jalan ada empat jalur, kemudian di depan akan menemui tiga jalur, maka jalan dengan ruas empat jalur akan dipotong menjadi tiga jalur dan dijadikan trotoar yang lebar. "Supaya dia konsisten. Jadi, kalau dia tiga jalur, ya tiga terus jalurnya. Kami enggak mau ada empat-lima jalur terus jadi dua-tiga jalur. Pasti macet, karena orang-orang kita enggak disiplin," katanya.
Selain itu, di setiap ujung trotoar akan dibuat palang melengkung seperti huruf S agar sepeda motor tidak bisa melintas. Pasalnya, selama ini, tiang-tiang penghalau tidak berpengaruh. Meski ada palang tersebut, Ahok menjamin kursi roda kaum disabilitas masih bisa melintas.
"Kursi roda masih bisa masuk, sepeda motor enggak bisa melengkung karena terlalu nekuk. Nah, model-model itu yang kami lakukan. Kita sudah punya prototipenya," ucapnya. Palang trotoar ini telah diterapkan di jalan dekat Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.
LARISSA HUDA