TEMPO.CO, Bogor - Direktur investigasi Yayasan Scorpion Indonesia (Scorpion Trade Monitoring) Marison Guciano mengatakan kebijakan pengelola Kebun Binatang Taman Safari Indonesia (TSI) yang membiarkan pengunjung bebas memberi makan satwa dari kendaraan bisa membahayakan keselamatan binatang koleksi.
"Pemberian makan satwa yang dilakukan oleh pengunjung di TSI sangat membahayakan satwa itu, baik kesehatan maupun keamanannya," kata dia saat dihubungi Tempo, Rabu 15 November 2017.
Pemberian makanan hewan oleh pengunjung seperti yang terjadi di Taman Safari Indonesia (TSI) dan kebun binatang lain sebenarnya dapat mengubah perilaku dan sifat binatang tersebut. "Habitat mereka seharusnya liar, namun karena pengunjung sering memberi mereka makan seperti ini mengubah perilaku satwa itu menjadi pengemis," kata dia.
Baca: Hewan TSI Dicekoki Miras, Pengelola: Itu Melanggar Animal Welfare
Hal ini terbukti terjadi pada hewan di sejumlah kebun binatang termasuk di TSI, karena pada saat setiap pengunjung menghentikan kendaraannya binatang langsung mendekat untuk mencari makanan dari pengunjung. "Mereka itu tahu jika ada kendaraan yang berhenti langsung didekati karena akan diberi makanan oleh pengunjung," kata dia.
Padahal di habitat aslinya setiap hewan memiliki makanan alaminya masing-masing. "Kondisi saat ini, hampir semua satwa yang ada di kebun binatang baik rusa, jerapah, zebra, kudanil dan lainnya menyantap makanan apa saja yang diberikan oleh pengunjung," kata Marison.
Peristiwa pengunjung memberi minuman beralkohol ke binatang di Taman Safari Indonesia menjadi bukti jika tidak ada pengawasan untuk menjaga keselamatan satwa, "Mungkin sekarang hanya diberi minuman beralkohol, di kemudian hari bisa saja makanan yang diberikan itu mengandung racun mematikan," ujarnya.
Untuk mencegah hal itu terulang, LSM pemerhati satwa liar itu menuntut pengelola TSI lebih mengedepankan konservasi dan edukasi ketimbang bisnis. "Yang terjadi saat ini banyak satwa yang dieksploitasi untuk kepentingan bisnis," kata dia.