TEMPO.CO, Jakarta - Ancaman sopir angkutan umum dan keluhan pedagang kaki lima (PKL) di Tanah Abang tak ditanggapi oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Dia malah menerangkan kepentingan pejalan kaki dan pengguna kendaraan pribadi serta ojek.
Gubernur Anies Baswedan menjelaskan, tidak ada pihak yang dirugikan dari penutupan Jalan Jatibaru Raya setiap hari selama 10 jam sejak pukul 08.00 WIB. Ia mengklaim penutupan jalan yang merupakan bagian dari program penataan Tanah Abang tidak akan mengganggu pengendara yang akan berangkat dan pulang kerja karena jalur ditutup pukul 08.00-18.00.
Baca: Sopir Angkot Ancam Anies Baswedan jika Tutup Jalan Jatibaru Raya
"Semua diakomodir," kata Anies singkat di Tanah Abang pada Jumat, 22 Desember 2017, ketika ditanya soal protes supir angkot yang trayeknya melintas di Jalan Jatibaru Raya.
Anies Baswedan tak menjawab keluhan sopir angkot dan PKL akibat kebijakan penutupan 10 jam per hari Jalan jatibaruraya, dekat Stasiun Tanah Abang. Dia mulai menata kawasan Tanah Abang, pada Jumat, 22 Desember 2017. Salah satu langkah yang dilakukannya adalah penutupan Jalan Jatibaru Raya di depan Stasiun Tanah Abang pada pukul 08.00-18.00 WIB, untuk mewadahi PKL.
Kendaraan pribadi dan angkutan umum di waktu tersebut akan dilarang melintas. Penutupan berlaku untuk kedua jalur, baik yang ke arah Jatibaru maupun Jalan Kebon Jati, dari kantor pajak pratama hingga simpang Blok G.
Baca juga: PKL Tanah Abang Sambut Rencana Anies-Sandi Tutup Jalan
English version: Jakarta Street Vendors Allowed to Occupy Tanah Abang Road
Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Andri Yansyah mengaku sudah menyiapkan rekayasa lalu lintas. "Pengguna jalan diimbau agar dapat menyesuaikan pengaturan lalu lintas yang ditetapkan," kata Andri di Balai Kota DKI, Kamis, 21 Desember.
Sopir Kopaja 502 rute Tanah Abang-Kampung Melayu bernama Ombri menentang kebijakan tersebut. “Ya, (Anies Baswedan) salah lah. Masak jalan ditutup,” kata Ombri kepada Tempo dengan logat khas Medan yang kental, Kamis, 21 Desember 2017.
Menurut dia, kebijakan menutup jalan untuk mewadahi PK tak bisa dibenarkan. Penjual mestinya beraktivitas di pasar, bukan di jalan umum. "Pasar, kan ada buat jualan."
Baca juga: Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno, Arjuna Tanpa Sabuk
Ombri mengancam berdemonstrasi memprotes kebijakan Anies bersama rekan-rekannya karena wilayahnya mencari nafkah ditutup. Penutupan Jalan Jatibaru Raya, dia berpendapat, berpotensi mengurangi pendapatan awak angkutan umum sehari-hari. Ia meminta Pemprov DKI Jakarta untuk mempertimbangkan kembali kebijakan tersebut karena hal itu merugikan bagi dia sebagai sopir angkutan umum.
“Sudah enggak jelaslah ini pemerintahan, mah,” ujar Ombri.
Sopir mikrolet yang biasa dipanggil Bang Black, 50 tahun, mengatakan penutupan Jalan Jatibaru Raya untuk PKL hanya menguntungkan pedagang. Jalan yang seharusnya untuk kendaraan umum malah untuk berjualan.
“Demo aja, Pak, demo!” ucap Bang Black kepada Tempo.
Kekhawatiran PKL berbeda lagi. Seorang pedagang otak-otak di jalan Jatibaru Raya cemas jika nanti PKL bentrok dengan pengemudi angkot seperti mikrolet dan metromini karena berebut jalan.
“Justru nanti takutnya ribut dengan pengendera mobil pribadi dan angkutan umum,” kata dia kepada Tempo, Kamis 21 Desember 2017.
Pria berusia 34 tahun tersebut justru meminta Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tidak hanya memikirkan kepentingan PKL. Masalah Tanah Abang, menurut dia, melibatkan PKL, sopir angkot, dan pejalan kaki.
Udin Syaifuddin (56), pedagang minuman di Jalan Jatibaru Raya, pesimistis pedagang minuman mendapat tempat karena tenda kuliner di Jatibaru Raya hanya dibatasi untuk 115 PKL.
"Paling yang banyak dikasih pedagang baju, yang berani bayar," ucap Udin.
Udin bahkan khawatir tempat dagang baru di Jalan Jatibaru Raya mendatangkan pedadang-pedagang dari luar Tanah Abang. Walhasil, lapak akan dijual kepada pedagang yang mampu membayar.
Simak: Penataan Tanah Abang, Pengojek: Kok Jalan Malah untuk PKL
Menurut Anies Baswedan, seluruh pengguna jalan tidak ada yang dirugikan, bahkan mereka diuntungkan. Penyediaan jalur khusus untuk PKL dan pejalan kaki akan membuat kedua pihak sama-sama nyaman. Apalagi telah disediakan tempat khusus untuk pangkalan ojek.
Anies Baswedan tak menjelaskan solusi untuk nasib angkot di Tanah Abang dan potensi konflik dengan PKL akibat penutupan Jalan Jatibaru Raya.