TEMPO.CO, Jakarta - Ali Achmad Firmansyah, korban pengeroyokan di Lapangan Banteng, dikenal oleh warga sekitar rumahnya sebagai sosok yang rajin beribadah. Tetangga menyebut, pemuda yang sering dipanggil Iyan itu sering pergi ke mushala untuk ibadah dan bahkan ikut membersihkan mushala.
Baca: Korban Penganiayaan di Lapangan Banteng Dituduh Pencopet
"Di mushala aktif dia salat itu lima waktu, suka bersih-bersih (mushala) juga. Kalau dengar adzan dia langsung pakai baju koko, peci, dan sarung," ucap Rosdiana, salah satu tetangga Iyan yang ditemui Rabu, 22 Agustus 2018.
Meski menderita penyakit epilepsi, Iyan di mata warga adalah pemuda yang rajin. Tak jarang warga melihat pemuda 20 tahun itu mengumpulkan sampah botol-botol bekas untuk dijual kembali.
"Kalau lagi sadar kayak orang biasa saja, paling cari-cari botol air mineral, dari tempat sampah juga dikumpulin. Itu dia ada tuh karungnya," kata Rosdiana. Dia menunjukkan beberapa karung berisi botol plastik bekas dekat rumah Iyan.
Baca: Penganiayaan Ali Achmad, Polisi Sebut Tangkap Enam Tersangka
Mengetahui Iyan menjadi korban pengeroyokan, Rosdiana merasa sedih saat melihatnya. Terlebih ketika Iyan baru dijemput oleh kakak kandungnya dari panti sosial, Sabtu pagi, 18 Agustus lalu persis sehari setelah pengeroyokan.
"Ya nangislah, sedihlah melihat kondisinya sudah nggak keruan, bengkak dan luka semua dari ujung rambut sampai kaki. Sudah diperlakukan seperti binatang," kata Rosdiana.
Iyan dijemput oleh pihak keluarganya di Panti Sosial Kedoya, Jakarta Barat sehari setelah pengeroyokan. Hingga saat ini, polisi sudah menetapkan 8 tersangka yang dijerat Pasal 170 KUHP tentang pengeroyokan atau Pasal 351 KUHP mengenai tindak pidana penganiayaan.
EDO JOVANO | TD