TEMPO.CO, Depok- Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menargetkan pada tahun 2020 jumlah penumpang kereta rel listrik (KRL) comutter line menjadi 2 juta orang per hari. Saat ini, jumlahnya baru mencapai 1,2 juta orang perhari.
“Kami akan tingkatkan dalam dua tahun mendatang,” kata Budi Karya di Stasiun Depok Baru, Sabtu, 5 Januari 2019.
Baca: Perluasan Ganjil Genap, Penumpang KRL Bertambah 23 Persen
Di stasiun, Budi mengecek langsung pelayanan KRL. Ia mengaku ingin mendengarkan pendapat dari penumpang KRL secara langsung. “Saya naik dari Tebet sampai ke Depok," ujarnya.
Menurut Budi, setelah berdiskusi dengan beberapa penumpang, pendapat mereka positif dan merasa puas. Bahkan ada ibu yang menyampaikan bahwa kondisi KRL saat ini lebih aman, cepat dan murah. “Artinya kereta api di KRL ini berjalan dengan baik," ujarnya.
Budi mengatakan kendala di KRL saat ini adalah pada hari kerja dan jam sibuk masih terjadi desak-desakan di kereta. Solusinya, kata dia, akan ditingkatkan headway atau jarak antar kereta. Saat ini, headway kereta sekitar lima menit. “Nanti kami buat tiga menit jadi kapasitasnya lebih besar," ujarnya.
Baca: Perbaikan Sistem Elektronik Beres, KCI: Penumpang KRL Stabil
Menurut Budi, dengan headway tiga menit maka jumlah penumpang bisa lebih banyak lagi. KRL pun diyakini akan lebih tepat waktu setelah model persinyalan diubah dari fixed block menjadi moving block. “Headway ditargetkan menit ditargetkan 2020, persiapan sudah mulai," kata dia.
Sistem moving block merupakan sistem persinyalan yang mana kedatangan antar-kereta di stasiun dihitung berdasarkan perhitungan waktu, bukan jarak. Sistem ini berbeda dengan sistem fixed block (konvensional) yang digunakan oleh kereta di Indonesia saat ini.
Sistem konvensional tersebut membuat track dibagi per section/block yang tidak memberikan informasi akurat tentang posisi atau lokasi kereta yang sedang bergerak. Dalam satu blok hanya boleh terdapat satu kereta atau KRL. Jarak antarblok umumnya adalah satu kilometer sehingga kapasitas lintas menjadi terbatas.