Suhaimi mengaku rela dikorbankan agar proses pencarian wagub baru terus bergulir dan tidak memberi alasan kepada Partai Gerindra untuk membuatnya terhenti. Menurutnya, ada beragam alasan yang telah membuat proses tersendat sebelumnya. " Saya legowo dimanfaatkan karena toh siapa pun yang jadi nanti teman-teman saya juga kan," kata Suhaimi lagi.
Baca:
Pengamat: Lawan Politik Prabowo Ingin Gerindra DKI 'Khianati' PKS
PKS dan Gerindra berhak mencari pengganti Sandiaga Uno yang mundur per Agustus lalu sebagai sesama pendukung Anies-Sandi dalam Pilkada DKI yang lalu. Keduanya kembali berkoalisi untuk Pilpres 2019 dengan kesepakatan mengganjar dukungan PKS dengan kursi yang ditinggalkan Sandi itu.
Kesepakatan itu terbukti tak mudah dijalankan. Awalnya Taufik bahkan menyatakan tertarik terhadap kursi Wagub DKI itu, sebelum kemudian muncul syarat fit and proper test untuk kandidat aasl kader PKS tersebut.
Nama Erwin Aksa mendadak muncul di tengah polemik penentuan nama calon Wagub DKI dari PKS dan Partai Gerindra.
Saat ini, tahapannya tinggal menunggu rapat paripurna DPRD DKI untuk memilih di antara Ahmad Syaikhu atau Agung Yulianto. Tahapan ini pun dicapai setelah Ketua PKS DKI Sakhir Purnomo sendirian mengantar surat rekomendasi ke Gubernur Anies Baswedan--dan diterima Sekretaris Daerah DKI Saefullah--pada Jumat, 1 Maret 2019.
Baca:
Gerindra DKI Diingatkan Bisa Picu Public Distrust Bagi Prabowo
Tentang langkah Sakhir itu, Taufik mengaku tak mempermasalahkannya. Yang penting, kata dia, surat rekomendasi calon Wagub DKI telah diteken lengkap pimpinan PKS dan Gerindra di tingkat DKI dan pusat, "Dan segera diserahkan."