TEMPO.CO, Jakarta - Filter pencegah polusi udara yang terpasang di 7 kelas SDN Cilincing 07 Pagi, Jakarta Utara akan menjadi contoh bagi sekolah lain yang mengalami persoalan serupa. Filter yang terdiri dari kapas dacron dan exhaust fan itu akan menyaring partikel polusi ke ruang kelas.
"Filter akan jadi contoh untuk sekolah yang juga terpapar polusi asap," kata Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta Ratiyono kepada Tempo, Jumat, 20 September 2019.
Namun, Ratiyono mengatakan saat ini pihaknya belum bisa menentukan sekolah mana lagi yang akan dipasangi filter tersebut. Sebab, sampai saat ini baru SDN 07 Cilincing yang melapor terkena polusi udara sisa pembakaran aluminum dan batok kelapa.
"Kalau ada laporan sekolah terkena paparan polusi, kami akan lihat dan survei (untuk pemasangan filter)," ujar Ratiyono.
Soal besaran dananya, pemasangan filter di 7 kelas itu memakan biaya hingga Rp 170 juta yang berasal dari dana Corporate Social Responsibility atau CSR. Ratiyono memastikan pemasangan filter tak menggunakan dana APBD.
Sekolah yang berada di Cilincing itu sebelumnya dilaporkan terpapar asap sisa pembakaran batok kelapa dan aluminium dari pabrik yang berada tak jauh dari sekolah. Sisa pembakaran itu membawa abu hitam dan mengakibatkan sesak napas.
Bahkan, salah seorang guru di sana yang bernama Saefullah mengalami pneumonia akut karena terpapar asap pabrik sejak tahun 2002. Hingga kini, Saefullah mengalami kelumpuhan akibat terpapar polusi itu.
Pemkot Jakarta Utara dan Kepolisan Reskrim Jakarta Utara segera menutup 20 pabrik pembakaran arang dan aluminium di sekitar SDN Cilincing. Harapannya, dengan penutupan pabrik dan pemasangan filter di kelas, siswa dan guru SDN 07 Cilincing dapat terhindar dari penyakit akibat polusi udara.
Adapun konsep pemasangan filter udara di kelas berasal dari Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Konsep tersebut Anies dapatkan saat menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan tengah menangani polusi udara pembakaran hutan di Riau yang berdampak kepada siswa di kelas.