Tapi tidak semua setuju dan memiliki harapan yang sama. Roiman, 29 tahun, justru khawatir masa depan Go-Jek sepeninggal Nadiem Makarim. Dasarnya sama, Nadiem yang telah membangun perusahaa aplikator transportasi dalam jaringan (daring) itu dari nol.
"Kadi ketika dia memutuskan untuk keluar, ya khawatir masa depan gojek jadinya tidak sejahtera,” kata Roiman yang sudah menjadikan Go-Jek sebagai pekerjaan utamanya selama empat tahun itu.
Sebelumnya, Presidium Nasional Gabungan Aksi Roda Dua (Garda) Indonesia Igun Wicaksono juga menyatakan kesejahteraan pengemudi ojek online belum bisa terpenuhi selama Nadiem menjabat bos Go-Jek. "Bagaimana mencoba dengan kompetensinya (Nadiem) menyejahterakan rakyat Indonesia apabila korporasi sendiri belum bisa menyejahterakan mitranya," kata Igun, Senin, 21 Oktober 2019.
Menurut Igun, selama ini perusahaan penyedia jasa ojek online itu memang berkembang. Akan tetapi, korporasi yang kerap menikmati keuntungan perusahaan. Sementara para mitra, Igun melanjutkan, belum sejahtera lantaran penghasilan masih tergerus. Satu contohnya pendapatan berupa bonus yang kerap dipangkas.
Pengendara ojek online dari Gojek Indonesia mengibarkan bendera Merah Putih saat berunjuk rasa di Kedutaan Besar Malaysia, Jakarta Selatan, Selasa, 3 September 2019. Beberapa dari mereka terlihat membawa bendera Merah Putih dan mengibarkannya di sela aksi unjuk rasa. TEMPO/Amston Probel
"Untung besar bagi korporasinya namun bagi kami belum sejahtera. Kami tidak harapkan untung besar namun pendapatan harusnya sesuai kerja kami di lapangan, itu dasar kami menolak," katanya
Nadiem Makarim telah dipanggil ke Istana oleh Presiden Jokowi pada 21 Oktober 2019. Nadiem menjadi kandidat menteri dalam kabinet baru yang akan disusun Jokowi di periode kedua kepemimpinannya sebagai Presiden RI.
MEIDYANA ADITAMA WINATA | ZW