TEMPO.CO, Bogor - Usai dilanda longsor, warga Desa Rancabakti Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor masih dihantui bencana susulan karena pergeseran tanah terus terjadi.
Kepala Dusun 3 Rancabakti, Deden mengatakan pergeseran tanah yang membuat lantai dan dinding rumah retak-retak itu membuat warganya khawatir. Mereka memilih mengungsi karena takut rumah ambruk.
Murid SDN Rancabakti juga resah karena ruang kelas retak. "Pergeseran ini terus terasa oleh kami, ada yang diketahui ada pula yang tidak, tapi banyak," ucap Deden, Rabu, 15 Januari 2020.
Deden mengatakan sekitar 800 warganya terpaksa diungsikan. Bahkan mereka tak mau pulang sebelum ada kajian oleh ahli atau pihak terkait apakah kampung mereka masih layak ditinggali.
Deden menyebut warga meninggalkan rumahnya karena takut ambruk. Mereka memilih tinggal di tenda-tenda. "Saya pun sebagai kepala dusun merasa khawatir. Yang tinggal di tenda semuanya, termasuk anak-anak dan balita," kata Deden.
Pergeseran tanah yang terjadi di Rancabakti, terjadi berbarengan dengan bencana longsor pada 1 Januari 2020. Deden menyebut wilayah tersebut memang masuk kategori rawan. "Yang bisa kami lakukan saat ini cuma bisa mengungsikan warga saja," kata Deden.
Warga setempat, Nurul, 41, sudah meninggalkan rumahnya dan menetap di pengungsian sejak tahun baru. Nurul merasa sangat takut karena bencana longsor merusak puluhan rumah, bahkan 15 rumah roboh. Dua rumah ibadah dan satu gedung sekolah retak karena pergeseran tanah. "Tanahnya udah bergeser, atapnya doyong dan kami takut roboh. Jadi kami memilih di sini," ucap Nurul.
M.A MURTADHO