TEMPO.CO, Jakarta - Anggota Lembaga Pers Mahasiswa, Progress berinisial ARM dipukuli oleh sejumlah orang yang diduga merupakan kader HMI Komisariat Persiapan Fakultas Teknik, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dari Universitas Indraprasta (Unindra), Jakarta Selatan.
Aksi pemukulan tersebut diduga merupakan buntut dari opini yang ditulis oleh ARM berjudul 'Sesat Berpikir Kanda HMI dalam Menyikapi Omnibus Law'.
Dalam siaran pers yang diunggah Progress di laman http://lpmprogress.com, opini tersebut ditulis oleh ARM sebagai kritik atas berita tentang HMI Dorong DPR Sahkan Omnibus Law yang dimuat di inisiatifnews.com.
"Hal ini yang membuat LPM Progress lalu digeruduk oleh oknum yang mengaku sebagai kader HMI Komisariat Persiapan FTMIPA Unindra," bunyi kutipan siaran pers yang dibenarkan oleh Humas Progress, Dhea Sophia saat dikonfirmasi Tempo, Senin, 23 Maret 2020.
Dhea mengatakan, sejumlah orang mendatangi kos milik YF yang merupakan Pemimpin Umum LPM Progress pada Sabtu, 21 Maret 2020. Indekos itu sebelumnya merupakan sekretariat LPM Progress. Gerombolan yang datang ke lokasi menanyakan keberadaan ARM kepada YF. Namun pada saat itu, orang yang dicari sedang tidak ada.
"Oknum yang mengaku kader HMI mulai bersikap provokatif yang mengancam dan memaksa LPM Progress untuk menurunkan tulisan yang ARM buat serta memanggil ARM datang malam itu juga," ujar dia.
Penggerudukan lantas berakhir ketika YF menelepon ARM dan berjanji untuk bertemu dengan kelompok HMI keesokan harinya, Minggu, 22 Maret 2020. Kedua kelompok mahasiswa itu akhirnya sepakat untuk melaksanakan pertemuan di Kampus B, Unindra.
"Awalnya, mereka bertemu untuk membicarakan tulisan ARM yang dimuat di website LPM Progress. LPM Progress menawarkan Hak Jawab dengan memberikan ruang pihak HMI Komisariat Persiapan FTMIPA Unindra untuk dapat membantah tulisannya dengan tulisan yang bisa diterbitkan di website LPM Progress," kata Dhea.
Pukul 19.14 WIB, kata Dhea, diskusi mulai memanas. Pihak HMI disebut tidak terima atas penjelasan dan tulisan dari ARM. Beberapa orang bahkan disebut mengancam ARM dan membawa parang. Tidak lama kemudian ARM dikerumuni orang dan dipukul dari belakang.
"Sempat dilindungi dan menarik ARM dari tempat kejadian, ARM terus dikejar dan banyak masa yang tidak tahu datangnya mulai mengeroyok," kata Dhea.
Dhea melanjutkan, wajah ARM dipukuli hingga membuat bibirnya sobek. Rekan LPM Progress lainnya yang coba melindungi ARM disebut juga ikut dikeroyok. Jumlah massa yang menyerang diperkirakan 20 orang.
Tempo mencoba menghubungi Penanggung Jawab Ketua Umum HMI Komisariat FTMIPA Unindra, Ramadin Putra Ananda atas informasi tersebut. Namun pada saat dihubungi, Ramadin sedang ada kegiatan. "Kami lagi mengadakan diskusi, nanti saya kabari lagi," katanya.