TEMPO.CO, Tangerang Selatan -Kasus kematian Yodi Prabowo, editor Metro TV masih menyimpan tanda tanya meskipun polisi menyimpulkan dugaan kuat bunuh diri. Beberapa kejanggalan menurut versi keluarga juga muncul.
Suwandi, sang ayah Yodi Prabowo blak-blakan menyinggung bahwa penyidik kepolisian belum memberi tahu hasil pemeriksaan isi telepon genggam editor Metro TV itu. Begitu juga soal hasil otopsi.
Kasus tersebut satu dari tiga berita terpopuler di sepanjang hari Selasa, 28 Juli 2020, hingga Rabu pagi, 29 Juli 2020. Selengkapnya simak berikut:
1. Ayah Yodi Prabowo Blak-blakan soal Beberapa Kejanggalan
Suwandi, ayah dari Yodi Prabowo, Editor Metro TV yang jasadnya ditemukan di pinggir Tol JORR di Ulujami, Pesanggrahan, Jakarta Selatan pada Jumat, 10 Juli 2020 mengatakan bahwa polisi sampai saat ini belum memberi tahu hasil pemeriksaan telepon genggam Yodi dan hasil otopsi.
"Enggak ada pemberitahuan hasil pemeriksaan handphone anak saya ke keluarga hasil otopsinya saja saya tidak tahu," kata Suwandi saat dihubungi, Selasa, 28 Juli 2020.
Menurut Suwandi, ia mengetahui hasil otopsi dan mengetahui banyaknya luka tusukan ditubuh putranya melalui media online dan keterangan resmi polisi pada Sabtu pekan lalu.
"Enggak sama sekali, nomor yang hilang sampai saya hidupkan lagi, saya enggak dikasih tahu hasil percakapannya seperti apa. Hasil otopsinya saya juga tidak dikasih tau ada berapa tusukan yang sebenarnya, baru saya dengar di press rilis sama dari media, saya tahu hasil CCTV Ace Hardware aja dari media," ujarnya.
Saat ia ke TKP penemuan jenasah Yodi Prabowo yang sudah tak bernyawa, kata Suwandi, ia tak melihat lumuran darah di baju anaknya itu, kalau memang benar anaknya tewas bunuh diri.
"Logika saya ya di TKP enggak mungkin bajunya enggak beRlumuran darah, itu yang menguatkan saya kalau dia bukan bunuh diri. Kesehariannya juga tidak menunjukan depresi, kalau bukti saya belum punya kalau punya sudah saya kasih ke polisi dan minta tangkap orangnya," ungkapnya.
Kejanggalan kematian anaknya, lanjut Suwandi seperti bercak darah, saat ditemukan bajunya bersih walaupun ada darah tapi hanya sedikit, kalau pun banyak luka tusukan paling tidak lumuran darah di badan membekas atau lengket darahnya.
"Saat ditemukan tidak menggunakan seragam padahal biasanya kalau pulang kerja pakai seragam dan tidak pernah seragam dilipat kecil dimasukan tas, kalaupun dia bawa kaos dia pasti pakai tas gendong," demikian Suwandi soal keseharian editor Metro TV tersebut.
Suwandi juga mengatakan bahwa untuk rekam medis anaknya tersebut, ia membenarkan bahwa Yodi pernah memeriksakan diri ke dokeer kulit dan kelamin RSCM pada 1 Juli 2020.
"Itu saya pernah dipanggil ke rumah sakit, di sana juga ada polisi, karena saya tidak begitu paham bahasa kedokteran saya tahu dan lihat hasilnya HIV negatif dan non reaktif. Dari sana mungkin disuruh ke laboratorium, karena anak saya itu di selangkangannya ada ruam," imbuhnya.
Suwandi menambahkan bahwa nantinya ia akan mencoba menanyakan kenapa hasil otopsi dan pemeriksaan telepon genggam milik Yodi tidak diberi tahu ke pihak keluarga.
2. Begini Dua Sejoli Terciduk di Hotel di Kembangan Dilepas
Pengelola Hotel RedDoorz menolak berkomentar terkait peristiwa adegan hubungan intim di lantai 6 kamar 607 yang bocor ke publik. "Pimpinannya enggak mau (berkomentar)," kata petugas yang berjaga di halaman hotel, Ahmad Ri'fai, ketika ditemui Tempo, Selasa, 28 Juli 2020.
Hubungan intim jadi tontonan sejumlah warga di seberang Jalan Kembangan Raya, Kelurahan Kembangan Utara, Kecamatan Kembangan, Jakarta Barat, karena dua sejoli terciduk akibat tirai jendela dibiarkan terbuka. Peristiwa itu terjadi pada Kamis malam dan Jumat siang, 24 Juli lalu.
Kepada Tempo, Ahmad mengaku pimpinan hotel tersebut tidak berada di hotel untuk membicarkan peristiwa tersebut. Ahmad menyampaikan itu seteleh menelepon bosnnya. "Dari pimpinan enggak ada di sini. Lagian Abang mau temui siapa di sini. Karyawan semua di sini," ujar Ahmad.
Ia meminta masalah tersebut ditanyakan langsung di Kanit Reskrim Kepolisian Sektor Kembangan AKP Niko Purba. "Saya juga ikut antar kedua orang itu ke sana," katanya. "Dan mereka mengaku khilaf, lupa tutup gorden."
Menurut Ahmad, adegan panas yang jadi tontonan warga merupakan kelalaian tamu yang menginap di kamar tersebut. Tamu yang membuka gorden jendela. "Tamunya sudah dilepas juga," kata dia.
Jendela kamar yang menjadi tontonan sejumlah orang itu menghadap jalan. Sementara posisi hotel melengkung ke belakang berbentuk L. Di bagian bawah berbaris sejumlah kios, toko, dan swalayan. "Malah kawanku meminta handphone saya, katanya mau lihat kejadian lagi viral," ujar Maulana, penjual mi goreng.
3. Pelemparan Bom Molotov ke Anggota PDIP Kota Bogor
Ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Barat Ono Surono meminta kadernya tetap tenang pascapelemparan bom molotov ke Sekretariat Pengurus Anak Cabang (PAC) PDIP di Kawasan Puncak, Megamendung, Kabupaten Bogor, Selasa, 28 Juli 2020.
"Kami menyerahkan sepenuhnya kepada pihak Kepolisian. PDI Perjuangan Jawa Barat selalu membuka ruang dialog kepada pihak manapun untuk mendiskusikan masalah-masalah rakyat untuk diselesaikan," kata Ono Surono seperti dikutip Antara, Selasa, 28 Juli 2020.
Ia meminta pihak kepolisian mengusut tuntas dan menindak pelaku pelemparan bom molotov di rumah basis PAC yang dimiliki oleh Rosenfield selaku Wakil Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) PDI Perjuangan Kabupaten Bogor.
"Atas peristiwa tersebut, DPD PDI Perjuangan Jawa Barat mengutuk keras dan meminta kepada Pihak Kepolisian untuk melakukan proses hukum terhadap pelaku," katanya.
Sementara itu, Kapolsek Megamendung, Ajun Komisaris Budi Santoso membenarkan bahwa terjadi pelemparan tiga buah bom molotov pada Selasa pagi di Sekretariat PAC PDIP Bogor.
"Iya ada tiga botol (bom molotov)," ungkap Budi saat dikonfirmasi lewat pesan singkat.
Meski begitu, Budi menyebutkan bahwa tidak terjadi kerusakan di tempat kejadian perkara (TKP) pascapelemparan bom yang mendarat di teras sekretariat PDIP itu.
MUHAMMAD KURNIANTO | IHSAN RELIUBUN | ANTARA | DWI A