TEMPO.CO, Jakarta - Pembangunan Stasiun MRT Kota akan terintegrasi dengan penataan kawasan Kota Tua Jakarta. Direktur Konstruksi PT MRT Jakarta Silvia Halim mengatakan, Pemerintah DKI Jakarta ingin menghadirkan kembali Plaza Pedestrian di depan Stasiun Jakarta Kota sebagai bagian dari penataan itu.
"Entrance Stasiun MRT Kota akan muncul di plaza itu," kata dia dalam diskusi daring, Selasa, 27 April 2021.
Dengan begitu, kereta MRT akan terintegrasi dengan kereta rel listrik atau KRL Jabodetabek dan bus Transjakarta. Pembangunan Stasiun MRT Kota masuk dalam paket CP203 proyek MRT Fase 2A.
Paket CP203 berfokus pada pembangunan dua stasiun bawah tanah, yakni Stasiun Glodok hingga Stasiun Kota. Stasiun Glodok membentang sepanjang 240 meter dan Stasiun Kota 411,2 meter.
Selain itu, paket CP203 juga akan mengerjakan terowongan bawah tanah dari Mangga Besar hingga Kota Tua sepanjang 1,4 kilometer. Kontraktor untuk paket ini adalah Sumitomo Mitsui Construction Company Jakarta dan Hutama Karya Join Operation.
Nilai kontrak paket CP203 sekitar Rp 4,6 triliun. Kontraktor memiliki waktu untuk menggarap proyek ini pada September 2021 hingga Agustus 2027. "Pembangunan di paket ini salah satu paket yang tinggi tantangannya, karena selain kondisi tanah, dia harus mengelola kawasan cagar budaya yang akan dilalui di sekitar pembangunan stasiun," kata Silvi.
Pemerintah DKI Jakarta bersama PT Kereta Commuter Indonesia menata kawasan empat stasiun KRL Jabodetabek. Keempatnya adalah stasiun Tanah Abang, Sudirman, Juanda, dan Senen.
Penataan diperluas ke lima stasiun lainnya, yaitu Manggarai, Tebet, Palmerah, Gondangdia, dan Jakarta Kota. Penataan Stasiun MRT dan stasiun KRL ini bakal mengintegrasikan moda transportasi.
Baca: MRT Bakal Potong Tugu Jam Thamrin Jadi 3 Bagian untuk Direlokasi ke Monas