Kepala Klinik di Cimanggu Brahmansyah Putra mengatakan saat ini kelangkaan obat khususnya obat untuk penghilang bakteri pada pernapasan dan saluran organ pernapasan memang sangat sulit dicari. Setelah memeriksa dan mendianogsa pasien yang datang, dia hanya bisa membekali resep.
“Ya gimana di kita juga obatnya lagi kosong, paling kita kasih resep, terus minta warga atau keluarga pasien yang kita periksa untuk membeli obatnya sendiri,” kata Brahman.
Kesulitan mencari obat juga dirasakan oleh Kepala Puskesmas Tajur Halang Fransiskus Misi. Kepada Tempo dia mengatakan, seharusnya stok Puskesmas itu bisa terpenuhi oleh Dinas Kesehatan. Namun dalam satu pekan ini, ketersediaan obat Covid-19 mulai menipis dan beberapa kosong.
“Kami sudah laporkan dan kami sudah ajukan untuk kembali mengirimi kami obat yang kami perlukan untuk penanganan pasien Covid-19, tapi dari misal 10 yang kita ajukan paling ada 7 yang dikirim. Sisanya, dibilang lagi nunggu kiriman distributor. Padahal obat itu yang dibutuhkan,” kata Frans.
Frans akhirnya hanya mampu memberikan resep kepada pasien ketika ketersediaan obat di Puskesmas tidak ada. “Kadang banyak juga, warga yang kembali telpon ke saya mengeluh mereka tidak menemukan obat yang saya tulis di resep,” kata Frans.
Selanjutnya Ketua Pusat Logistik Satgas Covid-19 sebut obat Covid-19 langka bukan berarti hilang