TEMPO.CO, Jakarta - Rayhan mesti berganti bola mata setelah debu batu bara terhempas ke rumahnya di Rusun Marunda, Cilincing, Jakarta Utara, pada November 2021.
Ketua RT A10 Rusun Marunda, Wasti, menceritakan bagaimana bocah 10 tahun itu mengalami kebutaan. “Sehabis pulang sekolah matanya kelilipan dan panas. Awalnya dikira debu biasa, tetapi tidak sampai sehari merah matanya,” kata Wasti kepada Tempo, Ahad, 20 Februari 2022.
Wasti mengatakan, ibu Rayhan, Saras, mengira awalnya gangguan mata putranya akibat debu biasa. Setelah dibawa ke Puskesmas, kondisi mata Rayhan semakin parah memerah dan akhirnya dibawa ke Rumah Sakit Cipto Mangungkusumo.
Usai dibawa ke RSCM Rayhan sudah tidak bisa melihat dan akhirnya diganti mata karena korneanya sudah terbakar, katanya.
“Rumah sakit tidak bilang akibat batu bara. Cuma bilang itu debu. Tetapi saat itu pencemaran udara batu bara sedang parah-parahnya,” ujar Wasti, sambil menunjukkan foto-foto lantai putih yang kotor berserakan debu hitam.
Tempo tidak bisa menemui Rayhan dan keluarganya karena sedang tidak berada. Nomor telepon ibunda Rayhan yang dihubungi Wasti tidak dijawab.
Wasti mengatakan pihak dari PT Karya Citra Nusantara (KCN), yang dituding warga mencemarkan partikel batu bara ke rusunawa, sempat mengunjungi Rayhan dan mendata beberapa dokumen untuk diperiksa apakah gangguan matanya akibat batu bara atau bukan. Namun sejak itu belum ada kabar lebih lanjut.
Selanjutnya: Polusi terjadi sejak 2019