TEMPO Interaktif, Jakarta: Penyedotan air yang berlebihan di wilayah Jakarta membuat permukaan tanah di ibu kota ini turun sekitar 10 sentimeter setahun. Untuk mencegahnya, ahli lingkungan mengusulkan tarif air tanah dinaikkan.
Penurunan ini, ahli lingkungan Universitas Indonesia, Dr. Firdaus Ali, memperkirakan bahwa Jakarta akan tenggelam sebelum tahun 2012. "Tidak hanya tenggelam, kita juga akan kehausan," katanya, Ahad (1/3).
Firdaus mengatakan permukaan tanah di Jakarta rata-rata turun 10 centimeter setiap tahun. Di Jakarta Barat, selama 11 tahun terakhir, permukaan tanah turun 1,2 meter. Di wilayah Kemayoran dan Thamrin, dalam delapan tahun terakhir turun 80 centimeter. "Jika kondisi ini terus berlanjut, maka permukaan tanah Jakarta akan berada dibawah permukaan air laut," ujarnya.
Ia mengatakan penurunan permukaan tanah ini disebabkan oleh penyedotan air tanah yang gila-gilaan. Pengambilan air tanah ini menyebabkan perut bumi kosong sehingga permukaan tanah turun akibat tekanan.
Setiap tahun 320 juta meter kubik air disedot dari dalam tanah. Padahal, angka aman hanya 38 juta meter kubik.
Salah satu cara untuk mengurangi penyedotan air tanah, kata Firdaus, adalah mengalihkan penggunanya ke layananan air minum yang dikelola PAM Jaya. Ia juga meminta tarif air tanah harus lebih mahal dari tarif PAM.
Saat ini tarif PAM paling mahal Rp 14 ribu per meter kubik. Sedangkan tarif air tanah hanya Rp 800 hingga Rp 3000 per meter kubik. Firdaus, yang juga anggota Badan Regulator Pelayanan Air Minum, mengusulkan agar tarif air tanah paling murah Rp 14 ribu hingga Rp 23 ribu.
Perbaikan kinerja PAM juga menjadi salah satu kunci. Saat ini pelayanan PAM masih jelak. Tingkat kebocoran air masih tinggi, sekitar 51 persen. Cakupan pelayanan baru mencapai 45 persen penduduk Jakarta. Kualitas air juga buruk. Jadi, banyak gedung perkantoran, mal, dan apartemen yang memilih menggunakan air tanah dalam. Selain karena harganya lebih murah, kualitas airnya juga lebih baik.
SOFIAN