TEMPO.CO, Jakarta - Media sosial TikTok belakangan ini diramaikan dengan aksi orang-orang yang rela mandi air lumpur dan disiarkan langsung demi mendapatkan hadiah dari pemirsa. Mirisnya banyak ibu-ibu paruh baya yang melakukan aksi itu karena diminta anaknya.
Menteri Sosial Tri Rismaharini pun buka suara. Ia mengatakan pelaku yang membuat orang tuanya mandi lumpur demi mendapat uang dari siaran langsung di TikTok bisa dipenjara. Perbuatan itu masuk kategori eksploitasi lantaran memperalat orang tua.
Baca juga:
“Pelaku bisa ditangkap polisi, itu kayaknya ada undang-undangnya,” ujar Mensos Risma di Jakarta, Jumat, 13 Januari 2023 dikutip dari Antara.
Risma mengatakan akan bersurat dengan pihak-pihak terkait untuk menangani temuan kasus tersebut.
Baca juga: Bersama Gibran dan Risma, Kader PDIP Ini Dianggap Layak Diusung di Pilgub DKI Jakarta 2024
Sebelumnya beredar luas informasi mengenai sejumlah akun di sosial media TikTok melakukan siaran langsung mandi air lumpur untuk mendapatkan kiriman hadiah dari pemirsa.
Namun siaran langsung tersebut seringkali melibatkan para orang tua untuk mengais iba para warganet agar memberikan hadiah. Salah satunya akun Tik Tok Mud Bath @intan_komalasari92 yang mengaku sebagai anak dari pelaku siaran langsung tersebut.
Siaran langsung tersebut memantik laporan warganet kepada akun-akun resmi institusi pemerintahan di TikTok hingga aparat penegak hukum untuk menghentikannya dengan cara tagging agar segera mendapat tanggapan.
Mengapa Marak Live Tiktok Mandi Lumpur? Ini Kata Dosen Unair
Kecanggihan teknologi memudahkan seseorang untuk mendapat pundi-pundi rupiah. Salah satu yang sedang menjadi tren adalah tayangan langsung atau live di media sosial TikTok yang menampilkan seseorang mandi di kubangan air bercampur lumpur.
Ironisnya, pemeran dalam tayangan langsung tersebut kebanyakan dari mereka merupakan orang tua. Mereka akan mendapat uang dari gift berbagai macam karakter yang dikirimkan oleh penonton. Gift yang mereka peroleh ini dapat ditukar dengan uang asli. Kedinginan hingga badan mereka menggigil kerap kali terekam dalam tayangan tersebut.
Dosen Departemen Komunikasi Fakultas Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Airlangga (Unair) Angga Prawadika Aji mengatakan bahwa saat ini media sosial menjadi tempat untuk mendapatkan dua hal, yaitu kepopuleran dan uang. Saat ini penyedia konten di media sosial tengah berlomba untuk menyajikan sesuatu yang dapat menarik perhatian masyarakat.
“Orang-orang ini berupaya untuk menarik perhatian dengan berbagai macam strategi, salah satunya live mandi lumpur di Tiktok itu,” katanya dilansir dari laman resmi Unair pada Kamis, 12 Januari 2023.
Angga menjelaskan bahwa praktik ini sudah lama terjadi. “Tayangan eksploitasi kemiskinan ini sudah sering kali muncul dan penontonnya banyak. Dimulai dari konten yang ada di televisi kemudian praktik semacam ini dibawa ke platform lain seperti Tiktok,” jelasnya.
“Tujuannya tentu untuk mendapat popularitas dan bersaing dengan penghasil konten lain. Di mana popularitas ini bisa menghasilkan uang. Mau tidak mau praktik eksploitasi kemiskinan semacam ini diakui bisa menarik perhatian orang banyak,” tambahnya.
Perlombaan untuk menarik perhatian masyarakat ini, kata Angga, menjadikan kreator konten media sosial sering melupakan nilai moral dan etika yang sejatinya harus selalu mereka junjung. Fenomena eksploitasi kemiskinan menurut Angga hanyalah permulaan saja. Ke depannya, kata dia, praktik semacam ini bisa terjadi lebih ekstrim untuk menarik perhatian masyarakat.
“Masalahnya adalah kurangnya pemahaman atas moral dan etika di internet serta keinginan mendapat popularitas secara singkat,” ungkapnya.
Baca juga: Mengenal Fitur 'For You' FYP Twitter yang Disebut Meniru TikTok