TEMPO.CO, Jakarta - Seorang lelaki tua duduk di bangku kayu di Kawasan Thamrin menunggu bus yang akan mengantarnya ke Tanah Abang sejak pagi. Ia baru tahu bahwa tak ada bus yang dibolehkan lewat sebelum jam 10.00 di Car Free Day atau CFD.
"Jarang (bus) Tanah Abang, ya," tanya Pak Imung, 76 tahun, kepada pedagang kacang, yang berlindung di bangku kayu di bawah dahang beringin, Ahad, 15 Januari 2023.
Si pedagang itu menjawab, area Bundaran Hotel Indonesia ditutup. "Kendaraan tidak boleh lewat," kata pria berusia sekitar 50 tahun ini. "Nanti sampai jam sepuluh baru dibuka."
Imung menimpali bus itu lewat kalau CFD belum dibuka. Tapi pedagang, telur puyuh, dan tahu sumedang itu tak menjawab. Ia terdiam. Imung terdiam.
Di depannya kendaraan hilir mudik. Tapi tak ada bus berwarna kuning yang dia tunggu sejak pagi, lewat. "Aku jalan dulu, ah," kata Imung, sambil bergegas. Dia menghilang ke arah Kota dengan kopiah putih, kemeja bermotif merah abu-abu, ditambah celana panjang berwarna biru, Imung menghilang.
Bundaran HI seperti jantung berdenyut. Orang-orang berdatangan dari arah Kota melewati Thamrin. Melewati Plaza City. Sekilas kawasan itu padat dengan pejalan kaki. Anak-anak kecil digandeng orang dewasa, lalu berhenti dan mengabadikan gambar pagi itu.
Duta melintas dengan sepatu roda dari Cempaka Putih menuju Monas sejak pukul 06.00. Sekembalinya dari Monas dia berhenti di kawasan Thamrin. "Aku enggak bawa kendaraan soalnya care free day," kata duta, yang berdiri di atas sepatu rodanya.
Setiap Ahad, Duta tak memacu sepeda motor. Kendaraan itu ditunggang di hari-hari kerja. "Kalau hari libur aku tumpangi angkutan umum, busway," ujarnya.
Baca: Sepeda Ontel yang Tetap Eksis di Jakarta, Komunitasnya Rutin Kumpul Setiap Minggu di CFD
Swafoto di Bundaran HI
Seorang pria datang dari arah Monas. Ia berdiri memeluk sebuah tiang lampu setinggi enam meter. Di depannya perempuan berjilbab berdiri dan menagarahkan kamera ponsel ke laki-laki sekitar 50 tahun ini. Melihat posisi suaminya tidak pas, si perempuan itu berkomentar. "Yang benar, dong!"
Lelaki itu melepas pelukannya dari tiang lampu. Bergeser ke samping. Lalu berdiri berkacak pinggang. Sekilas ia membuat senyum tersungging. "Minggir sedikit biar nama Bundaran HI kelihatan," kata istrinya. Si suami, pria berkumis itu menurut.
Di atas Halte Bundaran HI satu per satu pengunjung berdatangan. Ada yang berdiri membelakangi patung, ada yang berjongkok dan mengarahkan ponsel memotret orang di depannya. Suasana itu bergantian dari pagi hingga menjelang siang.
"Wah panas sekali," kata pedagang kacang tadi. Ia mengusap peluh di testa. Inilah tempat dia berdagang sehari-hari. Memikul kacang, telur puyuh, dan tahu sambil berkeliling di seputar Bundaran HI.
Baca juga: 2.000 Peserta Akan Ikut Kegiatan Cuci Kaki Ibu di Car Free Day Jakarta Pusat
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.