Adapun polusi debu batu bara juga dinilainya sudah jauh berkurang sejak PT Karya Citra Nusantara ditutup dan menghentikan proses bongkar muat batu bara sejak tahun lalu. Karenanya, menurut Uye, masalah gatal-gatal pada warga rusun lebih dikarenakan kondisi lingkungan dan sanitasi pinggir pantai dan rawan yang tidak higienis.
Kalaupun masih ada debu batu bara, dia menduga sumbernya berasal dari cerobong asap industri ataupun PLTU yang berada di sekitar Rusun Marunda.
Lurah tak dapat pastikan penyebab gatal-gatal
Lurah Marunda, Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara, Agung, juga menyatakan tak dapat memastikan polusi debu batu bara penyebab gatal-gatal seperti yang ramai diberitakan. Menurutnya, permasalahan tersebut sudah ditangani Dinas Lingkungan Hidup. Warga juga telah dirujuk ke RSUD.
"Itu sudah lama,” ucapnya.
Wali Kota Jakarta Utara, Ali Maulana Hakim, juga mengatakan Dinas Kesehatan sudah turun tangan mengatasi permasalahan gatal-gatal yang dialami warga Rusun Marunda. Dia menyampaikan itu ketika ditemui di RPTRA Gabus Pucung, Marunda.
Ali juga tidak bisa memastikan berapa jumlah warga rusun yang mengeluhkan gatal-gatal karena polusi debu batu bara. “Dari Dinas Kesehatan sudah di ata karena Puskesmas penanganannya memang harus segera,” tuturnya.