TEMPO Interaktif, Tangerang - Arus lalu lintas di Kota Tangerang Selatan diperkirakan akan mengalami kebuntuan dalam beberapa tahun ke depan karena tidak memadainya infrastruktur jalan yang ada. Fasilitas jalan yang tersedia saat ini, tidak berimbang dengan volume kendaraan yang melintas di jalan-jalan kota baru itu.
”Jalan Tangerang Selatan saat ini sudah jenuh,” ujar Kepala Dinas Perhubungan Kota Tangerang Selatan, Hartadi Wijaya, kepada Tempo, Sabtu (24/1).
Hartadi mengatakan, ancaman stagnan tersebut tergambar dari kondisi arus lalu lintas yang terjadi saat ini. Menurutnya, telah terjadi ketidakseimbangan antara volume kendaraan dengan lebar jalan. ”Kepadatan kendaraan yang melintas di jalan dengan kapasitas jalan sudah mendekati stagnan,”kata dia.
Meski tidak menyebutkan jumlah volume kendaraan yang melintas di 100 kilometer lebih panjang jalan di wilayah itu, Hartadi mengatakan, belum memadainya infrastruktur jalan kota itu membuat semuanya berjalan tidak seimbang. Ketidakseimbangan itulah yang menyebabkan kemacetan lalu lintas terjadi hampir di seluruh titik kota baru hasil pemekaran Kabupaten Tangerang tersebut.
Hartadi menyebutkan, saat ini tercatat 40 titik kemacetan yang tersebar di tujuh wilayah Tangerang Selatan. Titik kemacetan tersebut di antaranya di sepanjang Jalan Raya Serpong, Jalan Raya Ciputat, Dewi Sartika, Arya Putra, dan Jalan Raya Siliwangi. ”Kemacetannya sudah cukup parah,” katanya.
Menurut Hartadi, untuk mengantisipasi ancaman stagnan tersebut, pihaknya telah melakukan beberapa langkah preventif seperti tidak akan menambah trayek angkutan di wilayah itu.
Langkah lainnya adalah membangun jaringan jalan dan bekerja sama dengan puluhan pengembang perumahan di wilayah itu agar menyiapkan moda transportasi yang bisa menghubungkan perumahan dengan stasiun kereta api yang ada di Tangerang Selatan. ”Dengan cara ini, akan sangat mengurangi volume kendaraan di jalan,” ujarnya.
Menurut dia, masyarakat Tangerang Selatan yang sebagian besar bekerja di Jakarta bisa menggunakan sarana transportasi kereta api melalui lima stasiun kereta api yaitu, Stasiun Serpong, Sudimara, Tegal Rotan, Rawa Buntu, dan Pondok Ranji.
Sarana transportasi Feeder Busway yang hampir dimiliki oleh pengembang perumahan di wilayah itu saat ini merupakan potensi besar mengurai kemacetan di Tangerang Selatan. "Rencana itu sedang dalam pengkajian bersama Bappeda,” kata Hartadi.
Secara terpisah, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota Tangerang Selatan, Hasdanil mengatakan, pihaknya kini tengah menyiapkan rancangan penataan transportasi massal di wilayah itu.
Sarana prasarana transportasi menggunakan kereta api akan difokuskan bagi masyarakat Tangerang Selatan menuju Ibu Kota Jakarta. Pemakaian sarana transportasi kereta api akan sangat tepat bagi warga Tangerang Selatan yang sebagian besar adalah komutter.
Menurut dia, warga Tangerang Selatan yang akan berpergian menuju Jakarta dan sekitarnya tidak perlu repot-repot menggunakan kendaraan sampai Jakarta. ”Cukup sampai stasiun kereta api yang ada di wilayah Tangerang Selatan,” ujarnya.
Pemerintah daerah akan melakukan kerja sama dengan PT Kereta Api dan 199 pengembang perumahan di wilayah itu untuk menyiapkan sarana tersebut.
Pengembang perumahan diminta untuk menyiapkan Feeder Busway atau angkutan bagi setiap warganya menuju lima simpul atau lima stasiun kereta api yang sudah ada di wilayah Tangerang Selatan yaitu, Stasiun Serpong, Rawa Buntu, Tegal Rotan, Sudimara dan Pondok Ranji.
”Frekuensi angkutan bisa diatur setiap waktu,” kata Hasdanil. Bagi warga yang ingin mengendarai sendiri kendaraannya menuju stasiun, nantinya akan dibangun area parkir di setiap stasiun agar pengendara bisa meninggalkan kendaraan dan menggunakan kereta ke tempat yang dituju.
Pemerintah Tangerang Selatan, Hasdanil melanjutkan, akan menyiapkan kerja sama dengan PT Kereta Api untuk menyiapkan gerbong yang memadai bagi penumpang dan ditambahnya frekuensi pemberangkatan kereta api. ”Meskipun hal ini nantinya akan dikaji dulu oleh pihak Kereta Api,” tuturnya.
Menurut Hasdanil, pemikiran ini didasari dengan tingginya aktifitas masyarakat Tangerang Selatan yang sebagian besar beraktifitas dan bekerja di wilayah Jakarta. Tingginya aktifitas tersebut menyebabkan jalan-jalan yang ada di Tangerang Selatan dan menuju Jakarta menjadi jenuh. ”Semrawut, macet berjam-jam dan sangat tidak efektif,”katanya.
Dipilihnya kereta api, karena secara geografis jalur kereta api saat ini membelah Kota Tangerang Selatan. ”Persis berada di tengah-tengah Kota Tangerang Selatan,” kata Hasdanil.
Dia menambahkan, jalur transportasi seperti itu akan membuka peluang menyelesaikan masalah transportasi yang membebani jalan-jalan Jakarta dan peluang investasi bagi para investor.
Joniansyah